Sejatinya kartu kredit dan paylater berfungsi untuk memudahkan pengguna dalam melakukan pembayaran pada kondisi darurat karena kepraktisannya. Bahkan, jika digunakan dengan tepat, dapat berguna untuk mengontrol pengeluaran karena Anda akan menerima tagihan kartu kredit atau notifikasi penggunaan paylater yang berisi rincian transaksi.Â
Namun, seringkali yang terjadi justru sebaliknya. Kartu kredit dan paylater malah membuat pengeluaran makin boros. Sampai-sampai ada yang kesulitan melunasi tagihan.Â
Kondisi seperti ini akan membuat seseorang terkena money trap, yaitu jebakan uang yang dapat memicu seseorang untuk berperilaku konsumtif. Baik kartu kredit maupun paylater dapat menjadi money trap apabila kebutuhan telah melebihi batas kemampuan seseorang.Â
Faktor utama yang kerap membuat orang terkena money trap adalah gaya hidup dan gengsi.Â
Kita boleh mengeluarkan uang untuk membeli gaya hidup. Tapi, kalau pengeluaran untuk gaya hidup terlalu besar sampai mengganggu kebutuhan pokok bahkan melebihi pendapatan, bisa-bisa hidup Anda bergantung dari utang ke utang.Â
Lalu, bagaimana dengan paylater? Apakah lebih hemat dibandingkan kartu kredit?Â
Paylater mengusung konsep "buy now, pay later" atau "beli sekarang, bayar nanti" yang berarti Anda bisa memperoleh suatu barang dan/atau jasa saat ini juga tanpa memikirkan biayanya. Anda bisa mengembalikan pinjaman itu nanti setelah gajian.Â
Kedengarannya mudah dan sepele, bukan? Namun jika tidak bijak menggunakannya, paylater justru bisa mendorong seseorang untuk melakukan impulsive buying, khususnya produk-produk yang tidak diperlukan.Â
Nah, bagaimana caranya agar kita terlepas dari money trap, baik itu karena kartu kredit maupun paylater?
Kecenderungan menghabiskan limit kartu kredit dan paylater seringkali diluar kebutuhan yang seharusnya. Yang seharusnya cuma butuh Rp 1 juta, lantas mengetahui limit mencapai Rp 10 juta dan masih bisa pakai Rp 9 juta lagi, akhirnya dihabiskan entah untuk apa.Â