Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ombak yang Kehilangan Deburnya

18 Oktober 2020   13:49 Diperbarui: 18 Oktober 2020   13:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biar bagaimana pun, aku tidak pernah lupa akan pelabuhan tua yang kerap disinggahi perahu-perahu pengantar rindu. Aku juga tidak akan lupa pada debur ombak yang secara bergantian menyampaikan senyum, haru bahkan cemburu.

Di pelabuhan itu, terang dan temaram manunggal di balik cakrawala. Menyaru malam,  hingga mataku tak lagi awas untuk dapat membedakan antara layar dan buritan.

Sekarang perahu-perahu itu merana, meratapi hari-hari penuh kejayaan di tepi dermaga
dan ombak di laut itu telah kehilangan deburnya.

18/10/2020

*) menyaru : menyamar

buritan : bagian belakang kapal atau perahu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun