Curhat ke Psikolog atau Psikiater vs Curhat ke Tuhan
Saya bukan ahli agama. Namun, daripada kita saling berdebat mana yang lebih baik antara meminta bantuan tenaga kesehatan mental atau cukup mengadu kepada Tuhan, mengapa tidak kita lakukan saja keduanya?Â
Bagi saya, mengamalkan nilai-nilai agama adalah salah satu cara agar kita terhindar dari melakukan tindakan-tindakan negatif saat kita tertimpa masalah. Orang yang religius bukan berarti kebal depresi atau penyakit mental lainnya. Tapi, keimanan atau keyakinan mereka pada Tuhan setidaknya bisa menghindarkan mereka dari melarikan diri pada minuman beralkohol, narkoba, melukai diri sendiri (self harm) atau bahkan bunuh diri.Â
Sedangkan konsultasi ke psikolog atau psikiater adalah bagian dari usaha atau ikhtiar untuk sembuh dari penyakit mental. Sama halnya kalau kita sakit fisik, kita tetap butuh periksa ke dokter, minum obat dan mengikuti anjuran-anjuran dokter. Dan itu sama sekali tidak salah. Bukankah dalam agama kita diajarkan untuk ikhtiar sebelum tawakal?
Lagipula orang terkena penyakit mental itu pasti ada faktor-faktor penyebabnya (ditinjau dari sisi medis) yang orang awam belum tentu memahaminya. Kalau pun ada orang di sekitar kita yang mengalami depresi dan kebetulan ia memang jauh dari Tuhan, mengapa tidak kita ajak saja dia untuk lebih dekat dengan Tuhan alih-alih menghakiminya?Â
Kalau dia malu atau takut mendapat stigma negatif dari lingkungan karena datang ke psikolog atau psikiater, kita bisa menawarkan diri untuk menemaninya. Karena sebenarnya yang mereka butuhkan bukanlah penghakiman dari lingkungan, melainkan dukungan agar mereka bisa sembuh dari penyakitnya.
Referensi :Â