Peran perempuan seringkali dibatasi hanya sekadar urusan-urusan domestik. Di ruang publik, laki-laki masih mendominasi hampir dalam segala hal sehingga ketidaksetaraan (bukan kesamaan) gender masih menjadi PR bersama.Â
Tuntutan Sebagai Perempuan
Hidup seorang perempuan selalu dipenuhi dengan tuntutan dari orang-orang di sekitarnya. Entah itu dari keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan kerja dan masyarakat. Perempuan seringkali merasa gagal "menjadi perempuan" hanya karena tidak dapat memenuhi standar sosial tertentu.Â
Misalnya, standar kecantikan yang mendefinisikan perempuan cantik adalah yang berkulit terang, rambut hitam panjang dan bertubuh langsing. Persis seperti perempuan-perempuan dalam iklan di televisi.
Apalagi dengan adanya media sosial berupa instagram yang kerap menampilkan selebgram-selebgram atau influencer cantik, modis dan body goals.
Seketika itulah mereka yang dianggap tidak memenuhi standar kecantikan tersebut merasa dirinya jelek dan tidak percaya diri.Â
Ada lagi yang namanya standar istri ideal. Seorang perempuan baru bisa disebut istri idaman kalau pintar masak.
Jadi, tidak peduli apakah kamu itu perempuan secantik Raisa, secerdas Maudy Ayunda atau sekaya Nia Ramadhani sekali pun, kalau kamu nggak bisa masak, belum pantas dikatakan sebagai istri idaman atau perempuan yang layak dinikahi.Â
Ini belum ditambah tuntutan-tuntutan lainnya ketika sudah menjadi istri, seperti harus selalu rapi, wangi dan cantik. Muka kucel dan badan melar bakal dianggap sebagai tanda bahwa istri tidak pandai merawat diri. Padahal kerjaan istri aja udah banyak banget. Bisa mandi atau tidur sebentar aja udah syukur.Â
Mimpi dan Ambisi Perempuan