"Jadi perempuan nggak usah pinter-pinter amat. Nanti nggak ada laki-laki yang mau sama kamu"
"Ngapain sih sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya cuma jadi ibu rumah tangga?"
"Ngejar karir terus, nikahnya kapan?"
Sebagai seorang perempuan, mungkin kita sering mendengar ucapan-ucapan ini. Kita takut gagal, namun juga takut sukses di saat yang sama.Â
Perempuan takut menjadi pintar, berpendidikan tinggi atau memiliki karir cemerlang karena katanya nanti susah jodoh. Laki-laki banyak yang minder lalu kabur.Â
Society kita sangat mengglorifikasi pernikahan. Perempuan yang sudah menikah akan dianggap lebih tinggi derajatnya dibanding yang belum menikah atau berstatus janda. Seolah-olah menikah adalah "the one and only goal you have to achieve in your 20s".Â
Tidak peduli setinggi apapun pendidikanmu, secerdas apapun kamu, secemerlang apapun karirmu dan sebanyak apapun kontribusimu bagi hidup orang lain, kalau kamu perempuan sudah berumur 30-an dan belum juga menikah, kamu hanya akan jadi bahan olok-olok.
Seolah-olah semua kerja kerasmu, prestasimu, kontribusimu tidak berarti apa-apa di mata mereka. Kamu cuma akan dicap sebagai perawan tua.
Akhirnya banyak perempuan yang tidak berani bermimpi dan punya ambisi. Mimpi dan Ambisi adalah barang mahal bagi perempuan. Adalah suatu privilese ketika seorang perempuan dikelilingi oleh orang-orang yang senantiasa mendukungnya mewujudkan mimpi-mimpinya.Â
Kesuksesan Laki-laki vs Kesuksesan Perempuan