Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Candu Uang Elektronik dan Cara Mengatasinya

5 September 2020   09:10 Diperbarui: 8 Maret 2022   13:07 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau sudah tahu tujuannya untuk apa, anggarkan saja berapa pengeluaran atas kebutuhan-kebutuhan tersebut (dimulai dari yang rutin dan pokok terlebih dulu) dalam sebulan sehingga bisa mengira-ngira harus top up berapa. Misalnya, sehari-hari Anda menggunakan transportasi online untuk pergi ke kantor. Katakanlah budget sebulan untuk transportasi online Rp 200.000 (pergi-pulang).

Kemudian karena Anda nge-kost dan sehari-harinya sibuk banget sampai nggak sempat masak sendiri atau mampir ke warung makan, Anda butuh delivery makanan. Sebut saja budgetnya sebulan Rp 250.000. Selain itu Anda butuh paket data untuk bisa update sosmed, YouTube-an dan lain-lain. Anggaplah Rp 100.000 untuk paket data. Berarti total untuk ini semua adalah Rp 550.000. Daripada mepet-mepet, isi saja saldonya antara Rp 600.000-Rp 650.000. Nah, silakan Anda atur sendiri sesuai dengan pendapatan dan kebutuhan Anda. Ini hanya gambaran kasar. 

Selain itu, dengan mengisi saldo secukupnya, Anda bisa menghindarkan diri dari terjadinya kehilangan saldo akibat pembobolan akun. Sistem pengamanan data dalam uang elektronik yang berbentuk dompet digital belum sekuat yang berbasis chip. Jadi, memang sebaiknya tidak usah mengisinya terlalu banyak. 

2. Manfaatkan promo dengan bijak

Promo-promo yang bertebaran itu memang suka bikin siapa saja khilaf dan tahu-tahu jumlah saldo bikin meringis. Emang sih bilangnya lebih hemat karena ada diskon, tapi bukankah lebih hemat lagi kalau nggak beli? 

Nggak ada salahnya kok memanfaatkan promo, tapi alangkah lebih baik jika memanfaatkan promo untuk sesuatu yang lebih penting dan dibutuhkan. Misalnya, voucher diskon transportasi online, cashback untuk pembelian BBM dengan nominal tertentu di beberapa SPBU yang terdafar sebagai merchant dan sebagainya. Jadi, bukan cuma untuk jajan atau belanja sesuatu yang tidak penting.

3. Tetap sediakan uang tunai 

Kecenderungan kita untuk lebih bisa mengerem penggunaan uang tunai lebih besar dibanding uang elektronik. Apalagi kalau kita tahu bahwa uang tunai yang kita pegang jumlahnya sedikit. Walaupun saya juga pengguna dompet digital, termasuk m-banking, saya tetap menyediakan uang tunai di dompet saya.

Karena saya masih tinggal dengan orangtua, pengeluaran bulanan saya sejatinya memang tidak sebanyak mereka yang tinggal sendiri atau yang sudah berumah tangga. Makanya saya kalau isi saldo nggak banyak. Rp 200.000 saja cukup kalau buat saya. Karena saya hanya menggunakannya untuk beli paket data, nabung reksa dana dan sesekali jajan atau ngopi di coffee shop. Saya jarang pakai transportasi online karena saya biasa kemana-mana mengendarai sepeda motor. 

Kalau saya ingin belanja kebutuhan pribadi, saya lebih suka pakai uang tunai. Jadi, sebelumnya saya pasti sudah membuat list apa saja yang saya butuhkan atau harus dibeli biar bisa menentukan berapa rupiah yang harus saya ambil dari rekening. Misalnya, saya ambil uang tunai Rp 200.000. Berarti saya atur jangan sampai belanjaan saya jadi lebih dari Rp 200.000. "Lho kan mbak bisa pakai kartu kredit atau debit? Gitu aja kok susah amat sih?" Iya, saya tahu ini terkesan ribet. Tapi dengan cara seperti inilah saya bisa menjaga saldo di rekening tetap aman terkendali setidaknya sampai tanggal gajian. 

Teknologi itu dibuat untuk mempermudah aktivitas manusia. Termasuk juga teknologi e-money dan e-wallet yang membantu kita dalam bertransaksi sehari-hari. Namun, jangan sampai kita diperbudak oleh kemudahan-kemudahan itu sehingga hanya menuruti hawa nafsu. Mendahulukan keinginan daripada kebutuhan. Lagian udah tahu gaji segitu-segitu aja kok belaga sok kaya! Tanggal gajian masih jauh, rekening udah kering. Giliran ada pengeluaran yang lebih penting atau mendadak, bingung deh mau bayar pakai apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun