Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Candu Uang Elektronik dan Cara Mengatasinya

5 September 2020   09:10 Diperbarui: 8 Maret 2022   13:07 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dompet digital-finance.detik.com

Saat ini pembayaran non tunai dengan uang elektronik telah menjadi primadona banyak orang karena lebih mudah, cepat dan praktis. Terutama bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, seperti Jakarta atau orang-orang yang memiliki kesibukan padat sehingga tidak punya banyak waktu luang. Kehadiran uang elektronik ini juga disambut baik oleh pemerintah melalui adanya program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang resmi dicanangkan  pada 14 Agustus 2014 oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus D W Martowardojo. Generasi milenial dan generasi Z sering disebut-sebut akan mampu menjadi pendorong pertumbuhan transaksi non tunai sehingga membantu mewujudkan terciptanya cashless society. 

Uang elektronik terbagi menjadi dua jenis. Pertama, uang elektronik yang berbentuk kartu (chip based) atau yang sering disebut sebagai e-money. Kedua, uang elektronik yang berbasis aplikasi (server based) yang dikenal sebagai e-wallet atau dompet digital. Jenis pertama biasanya dikeluarkan oleh bank.

Sedangkan jenis kedua dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan berbasis teknologi, seperti PT Dompet Anak Bangsa (Gopay), PT Visonet Internasional (OVO), PT Elang Mahkota Teknologi (Dana) dan sebagainya. Jenis kedua inilah yang paling banyak dikenal dan digunakan dalam keseharian anak-anak muda. Apalagi sekarang hampir setiap orang memiliki ponsel pintar yang tidak dapat dilepaskan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan adanya dompet digital yang menawarkan berbagai kemudahan, tentu hal ini sangat membantu bagi orang-orang mageran dan kaum rebahan macam saya. Tinggal rebahan, ambil HP, buka aplikasinya lalu klak klik klak klik sesuka hati, kita sudah bisa memesan ojek atau taksi online, makanan, berbelanja, mengirim barang dan menikmati berbagai layanan lainnya hanya dengan menggerakan jari.

Belum lagi kalau kita disodorkan diskon, cashback dan voucher-voucheran yang macam-macam itu. Sudah praktis, cepat, banyak pilihan dan promo menarik serta yang terpenting adalah menghemat waktu dan tenaga karena kita tidak harus keluar rumah untuk mendapatkan sesuatu yang kita butuhkan atau inginkan. 

Data yang dihimpun dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa hingga Juli 2019 rata-rata transaksi dengan uang elektronik, baik yang berbasis chip maupun server mencapai Rp 400 miliar-Rp 450 miliar. Sedangkan 3 tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 2016, transaksi dengan uang elektronik per harinya rata-rata masih dibawah Rp 50 miliar. Baru pada akhir tahun 2017 jumlahnya merangkak naik menjadi lebih dari Rp 100 miliar transaksi per hari. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat ceruk pasar untuk dompet digital ini cukup potensial di Indonesia. 

Berbagai kemudahan, layanan dan produk yang beragam serta promo-promo menarik yang ditawarkan sering kali membuat orang kalap yang akhirnya terjadi pemborosan. Godaan untuk berburu diskon dan cashback demikian besarnya hanya karena melihat bahwa saldo masih cukup. Hal inilah yang akhirnya membuat pengeluaran justru lebih boros. Karena wujud uangnya yang tidak kelihatan secara fisik, lantas kita membelanjakannya sembarangan. Seolah-olah tidak ada rasa bersalah ketika kita menghabiskannya. Berbeda dengan ketika kita menggunakan uang tunai, kita cenderung bersikap eman-eman kalau mau menggunakan apalagi sampai menghabiskannya. 

Nah, supaya uang elektronik ini nggak digunakan secara ngawur, berikut adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi candu dari uang elektronik. 

1. Isi saldo dalam jumlah yang tidak terlalu banyak

Hal yang pertama harus dilakukan adalah menentukan dulu tujuan penggunaan uang elektronik ini untuk apa saja. Apakah untuk transportasi? Pembayaran tagihan-tagihan rutin bulanan (listrik, PDAM, internet dan lain-lain)? Pembelian pulsa dan paket data? Donasi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun