2. Net Asset Value (NAV)/Nilai Aset Bersih (NAB)
NAV atau NAB adalah harga per unit reksadana yang dijadikan acuan ketika membeli reksadana. Informasi NAV pada FFS tersebut terdapat pada halaman 1 kolom ringkasan produk.
Di kolom ringkasan produk juga ada beberapa informasi penting, seperti jumlah dana kelolaan, minimal investasi awal, minimal pembelian, minimal penjualan dan lain-lain.
3. Jumlah dana kelolaan
Biasa dikenal juga dengan istilah Asset Under Management (AUM), yaitu jumlah uang yang terkumpul dari masyarakat yang dikelola oleh Manajer Investasi. Semakin besar jumlah dana kelolaan menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Manajer Investasi tersebut tinggi.Â
4. Informasi alokasi investasi
Informasi ini penting untuk dicermati agar investor mengetahui dananya diinvestasikan kemana saja oleh Manajer Investasi (disajikan dalam bentuk persentase). Pada FFS di atas, informasi ini bisa diperoleh di halaman 1 Komposisi Portfolio, Alokasi Efek Terbesar (berisi daftar Top Holding) dan Alokasi Sektor.Â
Alokasi ini bisa berbeda-beda tergantung jenis reksadananya. FFS di atas adalah FFS dari reksadana pendapatan tetap atau reksadana obligasi dimana sebagian besar alokasi investasinya ditempatkan pada efek yang memberikan obligasi, seperti surat utang sehingga wajar jika alokasi terbesarnya ada pada SBSN (Surat Berharga Syariah Negara)
5. Kinerja reksadana
Sesuai namanya, informasi ini memberikan gambaran tentang kinerja suatu reksadana yang dilihat dari hasil investasi secara historis pada periode tertentu, misal 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun sejak pertama kali ditawarkan ke publik.
Selain itu juga ditambahkan informasi return bulanan terbaik (best monthly return) dan terburuk (worst monthly return). FFS di atas selain memberikan informasi kinerja reksadana dalam bentuk tabel dan grafik juga dilengkapi dengan analisis kinerja (ada juga FFS yang tidak mencantumkan analisis kinerja).Â
6. Informasi benchmark (pembanding)
Menentukan baik-buruknya kinerja reksadana tidak bisa kalau cuma dilihat dari return nya saja. Reksadana butuh instrumen pembanding yang dinamakan benchmark untuk mengukur tinggi rendahnya return dan risiko suatu reksa dana. Benchmark yang baik adalah yang apple to apple, yang tepat dan sesuai dengan jenis reksadananya.Â
Benchmark yang sering digunakan antara lain Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk reksadana saham, Indeks obligasi untuk reksadana pendapatan tetap, kombinasi IHSG dan indeks obligasi untuk reksadana campuran dan deposito untuk reksadana pasar uang.Â
Return suatu reksadana dapat dikatakan tinggi apabila return nya lebih tinggi dibandingkan return pembandingnya. Risiko suatu reksadana dapat dikatakan rendah jika risikonya lebih rendah dari risiko pembanding.Â
Menentukan benchmark dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan investment universe dari instrumen yang menjadi portfolio reksadana. Misalnya, jika reksadana saham diinvestasikan pada saham-saham berbasis syariah, maka benchmark nya bisa diambil dari Jakarta Islamic Index.