Mohon tunggu...
Luna Septalisa
Luna Septalisa Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar Seumur Hidup

Nomine Best in Opinion 2021 dan 2022 | Penulis amatir yang tertarik pada isu sosial-budaya, lingkungan dan gender | Kontak : lunasepta@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Benarkah Privilege Hanya Milik Orang Kaya?

19 Juli 2020   10:14 Diperbarui: 19 Juli 2020   10:16 2480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by Arek Socha from pixabay

Kalau ada anak orang kaya, sukses di usia muda, lalu membagikan kisah suksesnya kepada publik, apa reaksi Anda? Terkesan atau biasa saja? Bagaimana jika pencapaian yang sama diraih oleh seorang anak muda dari keluarga miskin? Apakah Anda akan lebih terkesan dengan anak muda sukses yang berasal dari keluarga miskin tersebut? 

Putri Indahsari Tanjung atau biasa kita kenal dengan Putri Tanjung, salah satu stafsus milenial Presiden Jokowi yang paling muda ini usianya baru 23 tahun. Namun di usia yang masih muda itu, Putri juga telah menjadi Founder dan CEO Creativepreneur dari Chief Business of Creative. 

Ayunda Faza Maudya atau yang lebih dikenal sebagai Maudy Ayunda, adalah seorang aktris dan penyanyi muda berbakat tanah air yang banyak dikagumi karena pencapaiannya, baik di dunia hiburan maupun pendidikan. 

Maudy Ayunda juga berasal dari keluarga kaya sehingga mampu mendapatkan akses pendidikan yang tidak mampu diperoleh rakyat jelata seperti kita (hah? kita? saya aja ding). Boro-boro sekolah di sekolah internasional dan kuliah di Stanford, bisa kuliah dan dapat gelar sarjana aja udah Alhamdulillah. 

Namun rupanya, kesuksesan mereka ini kadang suka dinyinyirin oleh beberapa orang karena dianggap hanya memanfaatkan privilege. Privilege karena anak orang kaya. Privilege karena dianggap bahwa yang mereka dapatkan adalah hasil kerja bapaknya sehingga dia tinggal melanjutkan. 

Persis seperti yang dialami Putri Tanjung yang merupakan anak dari bos CT Corp, Chairul Tanjung. Putri Tanjung, Maudy Ayunda dan anak-anak muda sukses lain di luar sana yang berasal dari keluarga kaya, dianggap cuma memanfaatkan privilege tanpa perlu kerja keras kayak orang-orang kebanyakan yang perjuangannya sampai berdarah-darah untuk bisa naik kasta. 

Apa Itu Privilege? 

Privilege atau privilese, menurut kamus Oxford Advanced Learner's Dictionary adalah "a special right or advantage, available only to a particular person or group of people." Terjemahan ngawurnya kurang lebih adalah "hak istimewa atau keuntungan yang hanya bisa didapatkan oleh seorang atau sekelompok orang tertentu."  

Privilege ini biasanya suka diidentikan dengan kekayaan, kepopuleran, kekuasaan yang dimiliki seseorang sehingga ia bisa mendapatkan akses atau kemudahan yang biasanya nggak dimiliki oleh banyak orang. 

Apakah Salah Jika Seseorang Memanfaatkan Privilege yang Dimilikinya?

Putri Tanjung-www.cnbcindonesia.com
Putri Tanjung-www.cnbcindonesia.com

Menurut saya itu nggak salah. Privilege adalah salah satu kenikmatan dari Tuhan. Seandainya saya berada di posisi Putri Tanjung, misalnya, saya tentu akan bersyukur sekali dilahirkan di keluarga kaya. Mau beli apa-apa gampang. Mau sekolah di luar negeri bisa. Mau membangun bisnis, modal dan relasi tersedia. Tinggal mau memanfaatkan privilege atau nggak? Mau gerak apa cuma ongkang-ongkang kaki doank? 

Ada takdir yang bisa diubah melalui usaha dan ada pula takdir yang tidak bisa diubah. Orang bodoh bisa jadi pintar dengan belajar. Orang miskin bisa naik kelas jadi orang berkecukupan bahkan kaya dengan bekerja. Ini adalah contoh takdir yang bisa diubah dengan usaha. 

Sementara takdir kita lahir kapan, dilahirkan di keluarga miskin atau kaya, lahir di Indonesia atau di Amerika, itu adalah contoh takdir yang tidak dapat diubah. Emangnya seorang Putri Tanjung pernah request gitu sama Gusti Allah, minta dilahirkan jadi anaknya Chairul Tanjung? 

Apakah Privilege Hanya Milik Orang Kaya? 

Jawabannya adalah tidak. Privilege itu milik semua orang. Mau itu orang kaya atau miskin, orang cakep atau jelek, orang berpangkat atau orang biasa, orang kota atau orang desa dll, semua punya privilegenya masing-masing. 

Orang kaya punya privilege bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan dengan uang yang dimilikinya. Mereka bisa bayar mahal untuk mendapatkan apapun tanpa harus mikir besok makan apa, bayar listrik gimana, uang SPP anak, kredit panci dan pengeluaran-pengeluaran rumah tangga lainnya. 

Tapi, orang kaya biasanya bakal lebih was-was terhadap keamanan hartanya. "Nanti kalau rumah ini diincar perampok atau pencuri bagaimana?" Sementara orang miskin, karena tidak punya banyak harta, cenderung lebih adem ayem. Punya barang berharga aja enggak, apa yang mau dimaling? 

Orang cantik atau ganteng punya privilege gampang dapat pacar. Yaiyalah, lagian siapa sih yang nggak suka sama orang cantik atau ganteng? Tapi nggak enaknya jadi orang cantik atau ganteng adalah ada aja orang-orang rese yang PDKT-nya bikin ilfeel. 

Lalu, apa privilegenya jadi orang yang secara visual kurang attractive? Salah satu keuntungannya ya tentu saja nggak bakal diganggu sama cowok-cowok atau cewek-cewek rese sehingga bisa lebih fokus pada sekolah, pekerjaan atau pengembangan diri. Soalnya sosmed atau WA nggak bakal berisik sama orang-orang yang meneror, entah cuma sekadar pengen kenalan atau ngajak nge-date. 

Orang berpangkat selalu punya posisi tawar yang 'wah' di mata masyarakat. Dihormati, disegani, dipuji. Tapi, semua itu menuntut tanggung jawab moral yang lebih tinggi dibanding orang biasa yang tidak berpangkat. Ekspektasi dari keluarga maupun lingkungan sosial juga akan cenderung tinggi. Sedangkan orang biasa yang tidak berpangkat mungkin tidak akan mendapat tekanan seberat itu. Tidak dibebani dengan ekspektasi yang terlalu tinggi itu juga privilege lho!

Anak-anak yang hidup di kota mendapat akses hiburan berupa TV, internet, wahana bermain, bioskop dll dengan lebih mudah. Namun, apakah mereka punya privilege bisa merasakan asyiknya main di sawah atau berenang di sungai? Tentu saja tidak. Di kota kan nggak ada sawah. 

Di desa, halaman-halaman rumah luas-luas. Jadi, kalau anak-anak main bola sama teman-temannya di halaman rumah, misalnya, masih memungkinkan. 

Di kota, rumah dengan halaman luas susah ditemukan. Keluar rumah, ketemunya jalan yang suka dipakai lewat kendaraan bermotor. Orangtua yang punya anak balita, harus ekstra hati-hati menjaga anaknya. Jangan sampai lepas dari pengawasan akhirnya keluar ke jalan. 

Pembahasan soal privilege ini sebenarnya banyak yang bisa digali. Namun karena keterbatasan pengetahuan saya, saya cukupkan dulu sampai disini. Lalu, buat yang masih suka nyinyir sama kesuksesan orang lain cuma gara-gara orang itu punya privilege tertentu, mungkin Anda cuma iri aja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun