Mohon tunggu...
LumbaLumba
LumbaLumba Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Mencoba berbagi kisah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gadis Tercantik di London (Perang Eropa)-6

18 Februari 2014   14:20 Diperbarui: 28 Juni 2015   23:56 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

        Di sebuah kerajaan di negeri antah - berantah.

        Seorang pangeran tampan tengah memacu kudanya dengan cepat. Kuda berwarna putih yang perkasa itu berlari tanpa kenal lelah mengikuti perintah tuannya.

        Rupanya pangeran sedang berlomba dengan waktu menuju benteng kerajaan musuh yang sudah terlihat. Di dalam benteng itulah seorang putri cantik sedang disekap.

        Setelah melumpuhkan para prajurit jaga, pangeran bergegas menerobos pintu benteng. Rupanya di dalam telah menunggu sejumlah ksatria kerajaan musuh yang terkenal tangguh. Dengan keberanian tinggi pangeran mengayunkan pedangnya dan membuat para ksatria itu terdesak.

        Sang pangeran terus bertempur hingga menderita luka - luka dan meraih kemenangan. Lalu berlarilah dirinya menaiki anak tangga menuju puncak benteng.

        Akhirnya sang pangeran bertemu sang putri di atas benteng. Keduanya saling berpelukan. Kerajaan musuh berhasil dikalahkan. Sang putri berhasil dibebaskan.

        Buku dongeng Ingenuous Prince.

        Lancelot selalu mendengar cerita itu semasa kanak - kanak. Dongeng yang kerap dibacakan ibunya sebagai pengantar tidur. Dongeng yang sungguh berkesan di hati Lancelot.

        Lancelot pernah bertanya pada ibunya, sebenarnya mana yang lebih dicintai pangeran, negaranya atau sang putri. Pangeran begitu ambigu, tidak jelas maksud hatinya berperang dengan musuh.

        Sang ibu hanya tersenyum dan menjawab bahwa dirinya juga tidak tahu. Namun pangeran adalah orang berhati mulia. Orang seperti itu tentu paham bagaimana seharusnya bersikap.

        Dan Lancelot tak pernah bisa memahami jawaban ibunya. Mungkin Lancelot memang bukan orang berhati mulia sehingga tak bisa menemukan jawabannya. Dan kelihatannya memang begitu. Hati Lancelot telah dingin dan kotor oleh dendam selama bertahun - tahun.

        Lancelot membenci London dan para penduduknya yang telah mengusir keluarganya. Ia tak mau melindungi kota itu dari serangan Jerman. Lancelot hanya mau melindungi satu orang saja di kota itu, yakni si gadis cantik dalam foto. Atau bila ini adalah dongeng yang sering didengarnya semasa kecil, gadis itulah yang menjadi putri baginya.

        Bila menikah dengan seorang pangeran adalah impian anak perempuan, maka menikah dengan seorang putri merupakan impian anak laki - laki. Sejak kecil impian itu sudah tertanam di hati Lancelot. Saat dirinya sudah mulai bisa mengingat, gambaran putri dalam dongeng selalu ada dalam benaknya. Lancelot selalu merasa kagum. Bermimpi suatu saat bertemu dengan orang seperti itu.

        Namun semakin dirinya bertambah dewasa impian tersebut rasanya semakin sulit dijangkau. Tak ada seorang perempuan sesempurna putri dalam dongeng. Hal itu membuat Lancelot sedih berkepanjangan. Ia sudah terlalu terobsesi dengan impiannya dan harus menerima kenyataan berbeda.

        Namun Lancelot terus menunggu. Dirinya bagai keledai kehausan yang tak kunjung menemukan mata air. Dan jawabannya hadir secara tak terduga. Gadis dalam foto itu. Dia punya pesona ajaib yang mengingatkan Lancelot pada seorang putri dalam dongeng. Membuat Lancelot bermimpi kembali.

        Lancelot jatuh cinta sejak pertama kali melihat gadis itu. Saat itu sang gadis sedang berdiri menunggu bus, termangu di bawah iklan kamera Amerika, Kodak. Hati Lancelot berdebar. Gadis itu memakai mantel panjang biru tua yang serasi dengan kecantikannya. Sebelah tangannya menggenggam payung putih untuk menahan rintik hujan yang mulai turun. Pandangan matanya begitu polos seakan dirinya kelinci manis yang tersesat.

        Lancelot tak pernah bisa melupakan pemandangan itu. Sayang ia kehilangan jejak sang gadis. Tak disangka muncullah Stella membawa foto tersebut. Harapan Lancelot pun timbul kembali.

                                                            ***

        Lancelot kini sudah menginjakkan kakinya di London.

        Sesungguhnya inilah rumahnya, bukan di Derbyshire. Kata "pulang" merupakan pilihan yang cocok bagi Lancelot seandainya tak ada kenangan buruk atas kota ini.

        Lancelot menoleh ke kiri dan kanan. Para pejalan kaki berlalu - lalang di sekitarnya. Wajah mereka tampak cemas. Karung - karung pengaman dari serangan bom tertumpuk di berbagai penjuru kota. Seorang anggota Palang Merah tampak membagi - bagikan selebaran darurat keselamatan. Ada pula sejumlah orang yang membawa - bawa masker gas di dalam kota.

        Lancelot sudah mendengar bahwa Jerman berhasil merusak galangan kapal serta lapangan terbang di daerah selatan. Namun hingga hari ini belum ada berita bahwa mereka menyerang London. Kota ini masih tampak aman serta utuh. Mungkinkah Jerman masih ragu untuk menduduki London?

                                                             ***

        Lima hari kemudian, minggu tanggal 11 Agustus 1940, pukul 11.00.

        Sejumlah operator radio di beberapa lapangan terbang dikejutkan dengan munculnya peringatan bahaya. Peringatan tersebut berasal dari stasiun radar di pantai selatan. Stasiun tersebut melaporkan kedatangan rombongan pesawat asing dari selat Channel.

        "Berupa jumlah mereka?" Tanya operator radio pada petugas radar.

        "Banyak. Banyak sekali! Kalian harus bersiap!" Jawab petugas radar dengan gugup.

        Perkataan "banyak sekali" menimbulkan kepanikan yang dengan cepat merambat kemana - mana. Petugas lapangan terbang segera membunyikan sirine tanda bahaya. Semua yakin bahwa rombongan pesawat asing itu adalah armada Jerman.

        Para pilot pesawat pemburu yang sedang bermalas - malasan di asrama terhenyak mendengar bunyi sirine. Sejumlah pilot yang asik bermain poker cepat - cepat bangkit dari duduknya. Sementara pilot yang keenakan tidur siang langsung dibangunkan dengan kasar. Mereka harus berlomba dengan waktu.

        Di tengah situasi genting itu seorang pilot muda kesulitan mengancingkan jaket penerbangnya. Ia pun segera diseret rekannya agar bergegas menuju lapangan.

        Para pilot itu berlari menuju deretan pesawat pemburu Spitfire yang berjejer. Dengan sigap semua pilot menaiki pesawat masing - masing. Meski sudah terlatih menghadapi situasi begitu, hati mereka tetap berdebar. Kali ini pertempuran macam apa yang akan mereka hadapi?

        Dan dibawah aba - aba petugas, mengudaralah skuadron Spitfire itu ke angkasa. Mereka terbang menuju pantai untuk mencegah pesawat - pesawat Jerman memasuki London.

                                                              ***

        Namun pilot - pilot Jerman kali ini bergerak lebih cepat. Meski kedatangannya telah diendus radar Inggris, mereka tetap bersikap tenang.

        Begitu pembicaraan orang Inggris tersadap oleh radio mereka, pimpinan rombongan langsung memberikan kode. Serentak semua pesawat Jerman dalam rombongan menaikkan ketinggiannya. Kedok mereka untuk menghindari radar Inggris telah terbongkar. Tak ada gunanya lagi terbang rendah.

        Sejak berangkat dari Perancis, mereka selalu berusaha terbang dekat dengan permukaan laut. Itu adalah taktik yang dijalankan guna menghindari deteksi radar. Orang Jerman sudah tahu alat elektronik itu tak mampu mendeteksi sasaran yang terbang terlampau rendah. Namun adakalanya taktik itu terbongkar juga di tengah jalan. Dan itulah yang terjadi sekarang.

        Namun itu bukan masalah. Garis pantai Inggris sudah tertangkap mata dari sini. Pertanda sasaran sudah dekat. Segera saja armada Jerman itu memencar.

        Skuadron - skuadron pesawat pembom Stuka segera menikung. Mereka menukik ke arah instalasi - instalasi radar Inggris dari kiri dan kanan. Sementara itu skuadron - skuadron pesawat pemburu Messerschmitt menanjak ke atas untuk memberi perlindungan. Bunyi raungan mesin dari ratusan pesawat mengagetkan orang - orang di pantai.

        Dengan cepat bom - bom pesawat Jerman berjatuhan.

        Para petugas radar berlari keluar gedung dan melompat ke parit perlindungan. Sementara para awak meriam penangkis serangan udara langsung bertindak. Menembakkan meriam mereka dengan ganas pada pesawat - pesawat pembom Jerman yang menyerang. Namun orang Jerman, seperti tidak kenal takut, terus membom tanpa henti.

        Sebuah pesawat Stuka mendadak menukik begitu tajam, hampir - hampir vertikal, mengarah ke menara stasiun radar dan menumbangkannya dengan bom.

        Dua buah Stuka lain, seolah melupakan perannya sebagai pesawat pembom, seketika terbang begitu dekat dengan tanah. Keduanya menembakkan senapan mesin pada awak meriam Inggris dengan gencar. Para penembak meriam segera bertumbangan.

        Keunggulan Jerman tidak tertandingi.

        Tidak sampai 8 menit, semua instalasi radar Inggris sepanjang pantai telah dibungkam. Bangunan - bangunan terbakar, menara bertumbangan, semua menjadi lautan api. Sejumlah pesawat Swordfish Inggris sempat datang dan memberi bantuan tetapi tak berarti banyak.

        Namun selanjutnya terjadi hal yang lebih mencemaskan. Armada Jerman ternyata meneruskan penerbangannya ke arah barat laut. Mereka menuju London.

        Hal tersebut diluar kebiasaan. Setelah mengacau di selat Channel, biasanya mereka langsung pulang ke Perancis. Entah kenapa kali ini tidak. Dengan kekuatan 180 pesawat pembom yang dikawal 272 pesawat pemburu, armada tersebut sangat berbahaya bila mencapai London.

        Seorang awak meriam Inggris yang terluka, mengangkat tangannya. Ia hendak bangkit dan menghentikan musuh namun tak berdaya. Akhirnya tiba juga hari ini. Hitler berniat menghancurkan London dan mendudukinya!

        "Hentikan mereka!" Teriaknya parau.

Bersambung

(Kisah ini ditayangkan tiap senin - rabu)

Sumber gambar : dover-film.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun