Mohon tunggu...
LumbaLumba
LumbaLumba Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Mencoba berbagi kisah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Gadis Tercantik di London (Perang Eropa)-27

16 April 2014   14:03 Diperbarui: 7 Juni 2023   22:41 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Arabel terhuyung ke belakang. Tangannya yang memegang pistol nyaris terlempar. Ia tidak begitu siap saat menembak tadi.

        Para polisi yang tengah asik berbincang menoleh. Suara tembakan barusan mengagetkan mereka. Arabel bergerak mundur sementara Stella jatuh terkulai. Di dekat mereka sang polisi jatuh terkapar. Tangan kanannya memegang pistol yang belum sempat ditembakkan.

        Stella merintih kesakitan. Sebutir peluru telah menghujam punggungnya.

        Arabel telah menembak dua kali dalam waktu singkat. Begitu cepatnya tembakan itu hingga tak terlihat. Sekilas hanya tampak satu tembakan saja dilepaskan. Pertama yang jadi korban adalah Stella. Punggungnya tertembus peluru. Giliran berikutnya adalah sang polisi. Baru saja pistolnya selesai dikokang, peluru Arabel sudah menghajarnya.

        Stella kini tak bergerak lagi. Arabel sungguh tak sengaja menembaknya. Gadis itu menembak sang polisi namun satu butir peluru meleset, menyasar ke Stella. Arabel sangat menyesal. Ia tak mengira akan terjadi hal seperti ini.

        Perbuatan Arabel seketika mengundang kesiagaan polisi lain.

        Sekejap, terjadilah baku tembak seru di jalan yang lengang itu. Para polisi menembak Arabel dari berbagai penjuru. Arabel segera berlindung di balik kotak pos. Sesekali dibalasnya tembakan dari para petugas. Tidak disangka pelariannya akan berbuah seperti ini. Padahal dirinya tidak berniat menembak Stella dan sang polisi. Semua terjadi secara spontan.

        Tak lama kemudian peristiwa buruk menimpai Arabel. Pistolnya kini kosong. Peluru cadangan juga telah habis. Sudah tak ada lagi perlawanan yang dapat diberikan. Gadis itu hanya bisa tiarap di balik kotak pos sambil memejamkan mata.

        Detektif Morgan, detektif kepolisian yang berpakaian preman tadi, kini memberi kode. Ia menyuruh para polisi bergerak maju. Rupanya detektif tersebut sadar Arabel kehabisan peluru. Sekarang mereka bisa meringkusnya dengan mudah.

***

        Para polisi segera bergerak gesit mengamankan situasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun