Mohon tunggu...
Lumbah Lumbah
Lumbah Lumbah Mohon Tunggu... -

Anak muda penyuka sepak bola ini sedang belajar mencintai menulis dan bercita-cita menjadi Entrepreneur Muda Sukses sebelum berumur 30 tahun. Blog Pribadi: http://lumbah.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Songkolo Bagadang

17 Juli 2010   19:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:47 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Jalanan sangat lengang. Lampu lalu lintas tinggal menyisakan lampu kuning yang berkedap-kedip. Saya menikmati sekali berkendara motor dalam situasi jalan yang seperti ini. Saya tak perlu melambat. Dan saya pun tak ingin melaju. Kecepatan saya konstan. Tidak lambat, tidak cepat. Sekira 40 km per jam. Dalam kecepatan itu  saya bisa menikmati pemandangan jalan yang ditaburi cahaya kuning keemasan oleh lampu jalan. Pemandangan yang tak akan saya dapati  disiang hari.

Waktu memang telah dini hari. Bukan tanpa sebab saya harus menyusuri jalanan di waktu seperti ini. Ada sesuatu yang mendesak. Sesuatu itu menjadi mendesak karena keengganan saya untuk tidak makan selama seharian. Maka tujuan saya kali ini adalah sebuah warung songkolo bagadang. Sebuah warung yang pernah saya kunjungi sekira 5 tahun lalu. Harapan saya, warung itu masih tetap berada ditempatnya yang dahulu, sehingga usaha saya memenuhi hasrat yang mendesak tadi tidak menjadi sia-sia.

Songkolo bagadang adalah  kuliner khas Makassar. Terbuat dari beras  ketan merah yang dikukus. Biasa dihidangkan bersama ikan teri kering yang digoreng  dan kelapa parut yang disangrai, serta dengan sambal pedas secukupnya. Sederhana sekali.

Saya  membeli 3 porsi. Seporsinya lima ribu rupiah. Masih hangat. Saya meminta agar dibungkus saja. Jalan pulang semakin lengang. Perut mendesak untuk ngebut. Saya pun sudah tak sabar. Ingin rasanya segera sampai dan menyantap songkolo bagadang tadi.

Ketika saya memposting tulisan ini, songkolo bagadang tadi masih tersisa sebungkus di atas meja. Jika sampai waktunya tiba dan belum juga ada yang mengeksekusinya, maka songkolo yang sebungkus itu akan saya embat juga. Tunggu saja.

Kalau Anda sempat berkunjung ke Makassar, sempatkanlah mencicipi kuliner ini. Tempat saya membeli songkolo bagadang yang saya ceritakan di atas tadi berada di persimpangan jalan Tamalate dengan jalan Hertasning, depan PLN. Walaupun disitu ada puluhan warung tenda namun Anda tidak akan sukar menemukannya, sebab warung songkolo bagadang hanya satu-satunya di tempat itu. Karena namanya juga bagadang, maka carilah dimalam hari.

* * *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun