[caption id="attachment_141214" align="aligncenter" width="250" caption="Cover diary kolis"][/caption]
Kepada buku catatanku yang tertimbun sprei dan bantal.
Aku ingin mencurahkan kegundahan hatiku, karena tak ada lagi orang yang bisa kuajak curhat. Wanita-wanita itu menyebutku banci ereksi, karena wujudku yang banci namun masih bisa memuaskan mereka. Tante-tante yang suaminya sibuk dengan urusan kantor.
Aku tak tahu harus menyalahkan siapa atas kehinaanku ini. Niatku datang ke kota tak terbesit sedikitpun untuk berdandan cantik seperti banci. Om herry, satu-satunya keluargaku di kota yang memaksaku untuk berpenampilan waria di siang hari. Ia seorang pengusaha salon yang cukup sukses, ia memintaku untuk menjadi banci di salonnya. Ah…uang memang membuatku lemah, aku pun terima tawaran om herry.
[caption id="attachment_141213" align="aligncenter" width="300" caption="Tante Mona"][/caption]
Om herry tak pernah suka dipanggil om, dia sangat marah jika aku memanggilnya om herry. Aku diharuskan memanggilnya tante mona, karena itu nama yang lebih dikenal para pelanggan salon kecantikannya.
Om herry mempekerjakanku sebagai tukang keramas para pelanggan salonnya. Sungguh, aku sangat malu dengan diri sendiri saat aku bercermin di siang hari. Bibirku bergincu, make-up tebal menempel di permukaan wajahku dan om herry memanggilku Lisa. Tapi, demi uang untuk modal melamar kekasihku, aku pun tak bisa berkutik dengan wujudku yang menggelikan.
Alia, kekasihku di kampung sering mendesakku untuk segera meminangnya. Karena itulah aku nekat datang ke kota menemui om herry untuk meminta pekerjaan. Namun malang tak dapat ditolak, satu-satunya pekerjaan yang ia tawarkan adalah menjadi banci di salonnya. Sementara itu aku sudah berjanji kepada alia tak kan kembali sebelum membawa modal untuk menikahinya. Semua ini demi cinta.
Ketika usia pekerjaanku memasuki 3 bulan, aku sudah terbiasa dengan wujud bencongku. Aku tepis jauh-jauh rasa malu dalam diri. Karena aku lakukan ini hanya sementara, aku tetaplah laki-laki perkasa bernama Maskolis yang ingin hidup seperti laki-laki lainnya. Menikah dengan alia dan punya anak yang lucu-lucu.
[caption id="attachment_141215" align="aligncenter" width="300" caption="Lisa"][/caption]
Sebulan yang lalu tanpa sengaja aku melihat lorong hitam dibalik baju berkerah lebar milik tante dhona. Tak kuasa aku menahan nafsu, hingga akhirnya pusakaku menyembul di balik rok yang ku pakai. Cerita berlanjut ketika tante dhona melihatku dalam keadaan demikian. Ia langsung menggandengku dan memasukanku ke dalam toilet. Aku dipaksa mengakui jati diriku. Dengan badan gemetaran aku mengaku kalau aku laki-laki normal yang bisa ereksi ketika melihat buah dada tante dhona.
Sungguh di luar dugaanku, tante dhona justru mengajakku pergi berkencan seminggu kemudian. Ia membawaku dalam wujud laki-laki muda di sebuah acara arisan tante-tante kesepian. Dengan sombongnya tante dhona memperkenalkan aku kepada teman-temannya bahwa aku brondong barunya. Banyak diantara mereka iri dengan tante dhona dan sangat ingin juga mengajakku berkencan.
Tante dhona adalah wanita yang suka berbagi kepada teman-temannya. Aku yang dianggap pacar olehnya pun dipersilahkan begitu saja untuk diciumi, dicubit bahkan ada yang sampai mengacak-acak rambutku. Aku diam tanpa bisa memberontak, karena uang yang sudah masuk ke sakuku begitu banyak dari tante dhona.
Setelah acara arisan itu, handphoneku dibanjiri panggilan masuk tiap malam dari teman-teman tante dhona. Mereka semua mengajakku untuk berkencan. Tentu saja tante dhona dengan senang hati mempersilahkanku, bahkan ia yang mengatur jadwal dengan siapa aku pergi.
Secara bergilir aku dijadikan berondong oleh tante sanchai, tante youly, dan tante zee-zee. Mereka semua memanjakanku, aku dibelikan pakaian dan barang-barang mewah yang sebelumnya tak pernah terpikirkan untuk mampu ku beli. Aku pun semakin lupa dengan misi awalku ke kota, begitu juga dengan alia yang setia menantiku.
Sepak terjangku menjadi berondong tante-tante girang tiap malam akhirnya diketahui oleh om herry. Dia marah karena tak meminta izin terlebih dahulu. Namun berkat bujukan tante dhona, om heryy pun mahfum. Sejak saat itu pengaturan jadwal kencanku dengan tante-tante diatur oleh tante herry. Aku dipaksa kerja siang dan malam. Siang aku jadi banci salon dan malam aku jadi brondong pemuas hasrat tante girang.
Aku sempat meminta untuk dibebas-tugaskan dari pekerjaan salon. Tapi om herry menolak karena banyak dari pelanggannya yang menyukai pijatanku saat mengeramas rambut-rambut mereka. Memang sejak berita tentang banci ereksi yang disebarkan dari mulut ke mulut, salon tante herry lebih banyak didatangi pengunjung. Banyak diantara mereka mengajakku berkenalan dan meninggalkan kartu nama bersama uang tip untukku.
Aku lelah, aku ingin menghentikan semuanya. Tapi aku sangat menikmati kehidupan glamour yang serba wah ini. Hingga pagi tadi alia menelponku, ia tak sanggup lagi menungguku. Ia akhirnya menikah dengan pemuda alim yang baru pulang dari pondokan. Dengan tanpa penyesalan alia menegaskan bahwa ia akan bahagia menikah dengan Andee.
Hatiku hancur, perjuanganku di kota demi cinta sia-sia. Tapi aku sadar bahwa diri ini sudah tak pantas lagi bersanding dengan alia. Ya….dia wanita baik dan solehah pantasnya bersanding dengan laki-laki seperti Andee. Semoga engkau bahagia alia, biarkan aku menghancurkan diriku sendiri bersama kehidupan kota yang bejat !!
*Kolis…kolis…..lis…..wkwkwkwkwkwkwk
*Kota tua sacheon ( Korea kidul ) : 2011-11-02
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H