Setelah hampir 3 bulan ditunda karena pandemik Covid-19, akhirnya beberapa liga sepak bola top di eropa mulai melanjutkan kembali musimnya. Liga Jerman menjadi yang pertama kali melanjutkan liganya setelah liga Belanda dan Perancis yang sebelumnya memutuskan untuk mengakhiri musimnya.
Tampak dan suasana di liga Jerman pun sangat berubah drastis, dimana setiap stadion saat pertandingan selalu penuh kini kosong. Bukan berarti atmosfer pertandingan juga kosong, pihak dari Bundesliga menginisiasi untuk setiap klub untuk memperbolehkan fan-basenya untuk mendekorasi bangku penonton, sekaligus bekerja sama dengan developer game EA Sports untuk membuat rekaman audio dari game FIFA 20.
Alhasil, penonton dirumah masih bisa merasakan atmosfer seperti biasanya. Alasan Bundesliga menjadi liga top Eropa yang pertama kali melanjutkan musimnya karena situasi wabah Covid-19 di Jerman juga sangat rendah, sehingga pemerintah setempat bisa memberikan izin pertandingan dengan syarat mampu mempraktekan protokol Covid-19, namun tetap saja kritik pro dan kontra bermunculan atas keputusan tersebut.
"Project Restart", begitu sebutannya, secara moral akan membantu dalam mengembalikan semangat yang selama 3 bulan terakhir terpuruk akan ketakutan Covid-19. Di sisi lain, para pemain serta staf klub pun masih ragu-ragu akan "Project Restart" karena dampaknya bukan hanya dirasakan oleh individu, namun bisa merambat ke keluarga, kerabat hingga staf klub sehingga membebani staf kesehatan. Semenjak liga professional top eropa ditunda bahkan ada yang terpaksa diakhiri, penyelenggara liga mengalami kerugian besar yang tentunya juga berdampak kepada keberlangsungan klub, baik staf hingga pemain. Akhirnya pun liga sepak bola top Eropa tetap dijalankan dengan liga Jerman yang pertama kali melanjutkan.
Implementasi protokol Covid-19 di liga Jerman akhirnya diikuti oleh liga top lainnya. Beberapa minggu kemudian, La Liga juga mengikuti hal yang serupa, dengan tambahan menggunakan efek visual di bangku penonton. Sedangkan masing-masing klub di liga Inggris mempunyai cara yang berbeda untuk bisa menjaga kemeriahannya di stadion, misal Manchester United memperlihatkan foto-foto pendukungnya dan setiap minggu diganti, atau Liverpool yang bisa memamerkan bendera serta spanduknya yang biasanya dipakai hanya untuk pembuka pertandingan. Klub-klub di serie-A juga melakukan hal yang serupa dengan liga top lainnya.Â
Meskipun begitu, kemeriahannya masih terasa aneh karena absenya supporter loyal yang selalu memberikan dukungan secara total dan penuh kreatifitas. Ditambah lagi masih ada supporter yang menjadi pemegang tiket musiman sehingga sangat disayangkan jika tidak ada kelanjutan untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa klub sudah memberikan pernyataan untuk bisa melakukan refund untuk para pemegang tiket musiman, namun sikap ini tentu akan merugikan pihak klub meskipun hal ini bisa dinyatakan sikap ramah terhadap supporter.
Melihat situasi "New Normal" ini, sekaligus berbagai cara klub untuk setidaknya memeriahkan suasana stadion dengan bendera atau spanduk juga upaya pihak penyelenggara dalam menambahkan efek visual dan grafis untuk penonton dirumah, ada cara yang bisa jadi solusi sementara di era "New Normal" ini, yaitu layar LED.
Stadion megah Eropa tentu sudah menggunakan layar LED untuk menampilkan segala informasi terkait pertandingan dan juga sekitar stadion. Namun dalam kondisi ini tentu akan lebih bermanfaat ketimbang pengunaan layar LED hanya untuk hal tersebut. Penggunaan layar LED dalam situasi seperti ini seharusnya bisa digunakan sebagai upaya adaptasi di era "New Normal" sekaligus upaya untuk memaksimalkan interaksi antara pemain dan supporter, walaupun tidak langsung.
Manchester City sudah menggunakan layar LED besar di 2 tribun dan menayangkan supporternya secara acak dengan durasi yang cukup minim. Inter dan A.C Milan juga menggunakan layar LED, namun hanya sekedar foto serta komentar para supporternya. Bahkan klub dari liga Denmark, AGF Arhus menyewa beberapa layar LED besar agar para supporter tetap bisa mendukung melalui media platform Zoom .