Berbicara tentang kebudayaan dan suku yang beragam di Indonesia tidak akan pernah ada habis - habisnya. Karena selalu ada saja hal yang unik dan berbeda antara satu suku dengan suku lainnya.
Sebagai seorang yang berasal dari suku Batak, kali ini saya ingin mengangkat topik tentang falsafah hidup suku Batak dalam kehidupan sosial. Dimana di era modren ini, falsafah - falsafah tersebut sudah jarang diterapkan atau bahkan sudah sedikit terlupakan oleh para generasi milenial.
Nilai - nilai kehidupan atau falsafah suku Batak menekankan bagaimana kita harus berpikir, bertindak , berlogika, beretika dan Estetika. Sebelum bertindak ada baiknya kita pikirkan, pertimbangkan dengan logika, hingga kita tak melanggar etika
Falsafah Batak yang sudah umum dikenal adalah " Dalihan na tolu" yang dalam Bahasa Indonesia bisa di artikan " Dalihan = Tungku"," Na Tolu = Tiga" atau "Tiga Tungku". Yang berarti 3 kedudukan fungsional yang saling menopang satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Ketiga kedudukan tersebut adalah ; yang pertama : somba marhula - hula/hormat kepada keluarga pihak istri, yang kedua : manat mardongan tubu/bersikap hati - hati kepada saudara, baik kandung atau semarga, yang ketiga : elek marboru/bersikap membujuk terhadap putri ataupun pihak keluarga dari suami putri kita.
Walau yang lebih dikenal adalah falsafah dalihan na tolu, namun sebenarnya orang tua suku Batak yang terdahulu mengajarkan banyak falsafah tentang bagaimana hidup bersosialisasi. Berikut ini beberapa yang saya rangkum dari berbagai sumber atau yang sering saya dengar di pesta pernikahan atau acara lainnya di suku Batak.Â
1. Dijolo raja si eahan, dipudi raja si paimaon artinya jika berada di depan kita sebagai penuntun, di belakang sebagai pengayom
2. Siboru puas, siboru bakkara, molo dung puas sae soada mara artinya berterusterang jauh lebih baik daripada memendam
3. Sungkunon poda natua - tua, sungkunon gogo tu naumposo artinya belajarlah kepada yang lebih bijak, dan bekerjalah seperti orang muda
4. Ni langka tujolo, sinarihon tupudi artinya melangkah ke depan, tapi tetap perhatikan hari kemudian
5. Tinanda pidong sian imbuluna, tinanda jolma sian pangalaho na artinya burung dinamai dari bulunya, manusia dikenal karena perbuatanya
6. Aek godang tu aek laut. Dos ni roha sibahen nasaut artinya musyawarah untuk mufakat
7. Molo hancit roham dibahen donganmu, unang mabalos mambahen hancit rohana. Asa unang dua sipatureon artinya jika seseorang membuatmu sakit hati, janganlah membalasnya agar tidak banyak yang harus didamaikan.
8. Unang leas dipoda, oloi sipasingot artinya jangan sepele dengan nasihat dan patuhlah pada teguran
9. Tinaba hau toras bahen sopo di balian artinya hormat pada orang tua akan melimpah berkatnya
10. Molo litok aek di toruan, tingkiron ma tu julu artinya jika ingin menyelesaikan suatu masalah cari tahu apa yang menjadi penyebabnya
Kesepuluh falsafah di atas masih merupakan sebagian kecil dari kekayaan falsafah hidup orang Batak. Tapi yang terpenting sebetulnya adalah bagaimana orang Batak mampu menerapkannya dalam kehidupan modren yang penuh tantangan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H