“Kumohon, pergilah!. Aku takut akan menyakitimu” pintaku
Mimpi melesat pergi dengan amarah yang tertahan
Sepeninggal Mimpi aku tak bisa tidur. Aku merenungkan semua yang dia katakan.
“Aku memang penakut wahai Mimpi, aku tidak akan pernah berani meraihmu agar kita bersama. Aku bahkan menggadaikanmu demi gengsi, demi status dan demi uang”
“Tetapi kamu perlu tahu, bahwa aku pernah hampir menebus dan membawamu bersamaku. Akan tetapi mereka mentertawakan dan mengejek aku”
“Haha,,,sarjana apaan kalau toh kamu harus tinggal di kampung dan rela hidup miskin” kata mereka
“Betul!. Saya saja yang tidak lulus sekolah bisa jadi juragan di Jakarta “ ejek Pamanku yang angkuh itu.
“Aku terpukul, aku menjadi malu, kuurungkan niatku untuk bersamamu Mimpi!. Ahh..aku memang pengecut!”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H