Kujentikkan sisa rokok dan apinya yang masih menyala ke tong sampah kering di depan rumah. Sembari menyetir mobil keluar, terlihat api kecil mulai melahap kertas – kertas bekas sisa dari usaha percetakan yang aku kelola di rumah. Seorang wanita tua, bertubuh ringkih setengah berlari menuju ke arah tong sampah itu. Namun, lahapan api telah mendahului langkahnya yang sudah tidak cekatan. Aku berlalu tanpa mempedulikan rona wajahnya yang menahan sedih karena tidak mendapatkan apa – apa.
Aku memang tidak suka tong sampah di depan rumah di korek – korek oleh siapapun. Karena bagiku mereka hanya membuat semuanya jadi berantakan. Maka sebelum sampah- sampah kering itu di jamah oleh mereka, aku langsung membakarnya sehingga hanya menyisakan abu.
%%%%%
“ Ma, ada air mineral tidak?, aku haus nih!” Bimo anakku merengek minta air minum
“ Tuh, di kantong jok belakang ada beberapa botol air mineral Mama sediain” sahutku sembari konsentrasi pada setirku
“ Makasih Mama! “ Bimo membuka kaca mobil dan melemparkan sisa air mineralnya keluar
“ Bimo!!! Jangan buang sampah sembarangan Nak”. teriakku
Bimo nyengir
Tiba – tiba terlihat dari spion mobilku seorang wanita tua mendekat dan berusaha menangkap botol mineral lemparan Bimo. Aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana ya?. Ohh, saya ingat sekarang, wanita yang kemaren hendak mengais rejeki dari sisa kertas percetakanku.
“ Kasihan sekali wanita tua itu” gumamku. “Kemana ya anak – anaknya?, Mengapa tidak ada yang peduli?, Dimana hadirnya negara pada orang – orang terlantar seperti mereka?” sejuta pertanyaan berseliweran di otakku.
Lampu merah berganti hijau, aku melaju.