“Setelah itu kamu kepal - kepal dan tata dalam pinggan, sebentar lagi para tetua akan tiba” pinta Mamak
Tepat jam tujuh malam para Tetua dan seorang Penatua Gereja sudah berkumpul di ruang tamu. Mamak memintaku untuk duduk diantara dia dan Bapak.
“Horas ma dihita sude!” Bapak memulai pembicaraan.
“Adapun maksud dari undangan ini tak lain untuk mendoakan boru kami yang mengalami masalah dalam pernikahannya. Kerinduan kami agar dalam menjalani hari kedepan dia tetap kuat dan tabah.
“Nauli Amang!. Untuk itu mari kita mulai dengan doa” sahut Penatua.
Selesai berdoa salah satu dari Tetua Adat membawa pinggan yang berisikan itak gurgur dan menyuruh saya untuk mengambil satu kepal. Sebelum memakannya tak lupa disertai umpasa.
“ Tuak natonggi ma” (Tuak yang Manis)
“ Tu bagot sibalbalon” (Pohon Aren si Balbalon)
“ Tung paet ditingki nasalpu” (Segala kepahitan di masa lalu)
“ Sai ro ma angka natonggi tu joloan on” (Kiranya berubah manis kedepannya)