“Hari ini semoga anda bahagia”
“Bercanda bersama dengan alam sekitar”
Suara cemprengnya lebih pas sebagai penganggu
Kurogoh tas mencari sesuatu. Recehan lima ratus, seribu, atau paling banyak dua ribu
Bis kota berjalan perlahan lahan, dua orang pemuda sehat melompat masuk
“Maaf Oom…Tante…bla…bla…
“Bukan karena malas mencari kerja, tapi kesempatan belum ada”
“Bukan pula kesombongan yang kami harapkan”
“Seribu, dua ribu, tidak akan membuat anda jatuh miskin. Ikhlas dari anda, halal buat kami”
Kali ini tanganku memberi isyarat, “Maaf!”.
Teman, kesempatan memang tidak selalu ada
Mari kita cari hingga ke kutub utara
Rejeki tidak jatuh dengan tiba tiba
Mari kita berusaha dan tetap berdoa
Seribu, dua ribu bukan karena kami pelit
Tapi karena pengamen lain juga minta dibagi
Tangan memberi isyarat bukan karena sombong
Tapi karena orasi teman, juga ingin kami teriakkan di Senayan
Teman, apakah aku salah?
“Coba bertanya pada Tuhan” katamu
Teman, Tuhan pasti mengampuni
Tapi manusia akan selalu menghakimi
Lalu apakah dengan memberi seribu, dua ribu, aku sudah mengasihi?
Atau dengan ikut menulis puisi tentang mereka, aku sudah peduli?
Entahlah, aku memang belum berbuat apa apa
Untuk teman teman kecil di sekitarku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H