Ada pepatah yang mengatakan bahwa " Semakin banyak memberi, maka akan semakin banyak menerima". Saya sangat setuju dengan itu.
Pagi ini saya mendengar ibu kos sedang ribut kecil dengan tenaga kebersihan di komplek perumahan. Sebut saja namanya si Untung. Pasalnya si ibu kos ingin agar sampah daun daunan dari pangkasan pohon pelindung juga ikut diangkat oleh si Untung. Namun, si Untungnya ngotot baru mau ngangkat itu daun daunan apabila di berikan lembar dua puluh ribuan. Alhasil, Ibu kos pun berang dan berkata " Untung, kamu kan sudah kita berikan gaji bulanan". Lalu si Untung pun menjawab " Iya nya, tapi sampah yang inikan beda, kalau sampah rumahan sih sudah menjadi kewajiban saya. " Lagipula dari antara ibu ibu di komplek ini nyonya yang paling pelit ngasih uang tips" gerutunya si Untung. Si ibu kos ngeloyor masuk rumah tanpa mempedulikan si Untung.
Pengalaman diatas bukan lah yang pertama kalinya saya temui sejak saya menginjakkan kaki di kota Jakarta tercinta ini. Di kantor tempat saya bekerja pun, saya mengalaminya. Dimana saya dan satu orang staff lainya menumpang kantor di sebuah gedung yang notabene bukan satu perusahaan dengan kami. Alhasil ruang kerja kami pun harus saya pegang sendiri kuncinya. Dulu, sebelum saya bergabung ruang kerja ini dibiarkan terbuka oleh teman staff yang satu. Namun, karena banyaknya dokumen dokumen penting seperti passport orang asing membuat ku harus mengunci ketika harus meninggalkan kantor. Sehingga tenaga kebersihan di kantor ini pun tidak bisa membersihkan ketika saya tidak ada. Nah, yang menjadi sebuah keanehan adalah, ketika saya meminta bantuan untuk membersihkan ruang kerja ku. Â si Mas nya malah ogah ogahan begitu. Lalu, hal itu saya ceritakan ke teman staff yang lebih dulu di sini. Kemudian dia berkata " ya sudah lain kali kamu kasih 10 ribuan gih, saya juga dulunya sering kasih lembaran 20 an setelah selesai membersihkan ruangan ini". katanya. Â " Oh, begitu" sahutku.
Kali lain, ketika saya dengan sopir kantor masuk lokasi pelabuhan Inggom di Tanjung Priok, setiap kali keluar si sopir tak lupa menyalamkan lembaran lima ribuan ke petugas jaga pelabuhan. Yang mana nantinya akan masuk dalam daftar pengeluaran dia di laporan kas operasional saya. Ketika saya tanyakan hal itu, Pak sopir nya menjawab " kalau tidak begitu, kita akan di persulit masuk nya bu. Kali ini saya ceramahin tuh pak sopir. " Pak, sudah menjadi kewajiban mereka untuk mempersilahkan kita masuk kawasan ini tanpa uang tips tersebut. Sebab lokasi  tempat kapal itu merapat kita bayar jutaan perhari" kataku memberi penjelasan. Pak Sopir pun terdiam.
Dan ternyata, masalah uang tips inipun bukan hanya diharapkan oleh para pekerja swasta. Bahkan para pekerja di instansi pemerintah yang masih level kroco pun mengharapkan uang tips. Lainya halnya kalau dia nya sudah memegang jabatan/posisi penting. Mereka tidak butuh ikan teri, karena yang mereka incar adalah pausnya. Hal ini saya alami ketika berhadapan dengan petugas imigrasi di Bandara Soekarno Hatta. Untuk crew asing yang akan tiba di Soekarno Hatta kita telah proses Visa transit sebelum kedatangan. Namun itu bule maunya di kawal saat ketibaan di bandara, karena mereka takut salah jawab ketika petugas imigrasi mengajukan beberapa pertanyaan?. Saya coba jelaskan bahwa mereka sudah memiliki visa resmi untuk masuk wilayah Indonesia. Tapi, lagi lagi itu bule ngotot harus di kawal. Alhasil si bos pun menghubungi staff Imigrasi untuk melakukan hal itu. Dan yang pasti bayaran nya bukan kecil. Namanya juga VVIP. Namun, yang membuat saya kesal adalah ketika kita hubungi mereka saat kedatangan tamu kita, mereka paling malas angkat telpon. Kirim pesan pun tak mau balas. Usut punya usut ketika menanyakan hal itu ke teman staff yang lain, mereka ogah ogahan karena saya tidak pernah kasih uang rokok. Tentu hal itu membuat saya jengkel juga, bukan kah mereka sudah di bayar si bos lebih?. Lalu kenapa saya harus juga menambah daftar biaya operasional saya untuk uang rokok mereka?. Sebagaiman temanku yang satu ini, setiap kali ada tamu di bandara, maka di daftar laporan keuangan nya tertera uang rokok petugas imigrasi.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah " Haruskah kita memberi uang tips, jika hal itu adalah merupakan kewajiban mereka?. Anda boleh berkata saya pelit ataupun kikir. Tapi, prinsip saya "Kerjakan dulu kewajiban mu dengan baik, bahkan kalau bisa lebih. Maka rejeki mu pun akan menghampiri. Saya pun tidak akan segan segan memberi lebih jika seseorang mengerjakan hal yang suruh dengan senang hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H