Mohon tunggu...
Luluul muawanah
Luluul muawanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Matematika, Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Lu'lu'ul Mu'awanah ( Mahasiswa prodi pendidikan matematika, FKIP, Unissula ) TERUSLAH BERKARYA GENERASI MUDA INDONESIA!!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Matematika bagi Masyarakat Kontemporer

31 Desember 2022   10:15 Diperbarui: 31 Desember 2022   10:21 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:

Ibu Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd (Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unissula)

Lu'lu'ul Mu'awanah (Mahasiswi Prodi S1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unissula)

 

Pernahkah kalian mendengar mengenai Pembelajaran Matematika Kontemporer? Apa itu Pembelajaran Matematika Kontemporer? Nah, bagi kalian yang belum tahu, yuk kita mengenal lebih dekat tentang apa itu Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Pembelajaran matematika adalah proses memberikan pengalaman belajar kepada siswa melalui rangkaian kegiatan yang terencana agar siswa menjadi mahir dalam materi matematika yang dipelajarinya. Menurut KBBI kontemporer bermakna "pada waktu yang sama, sewaktu, semasa, pada masa kini, dewasa ini", namun dalam sudut pandang kali ini kontemporer merujuk pada makna kekinian/modern. Dalam arti, Pembelajaran Matematika Kontemporer merupakan pembelajaran matematika secara modern yang menggunakan strategi atau media penunjang mengikuti perkembangan zaman dan teknologi masa kini.

Perubahan keadaan akibat munculnya Era Revolusi Industri (ERI) 4.0 dan Pandemi Covid-19 yang menuntut kompetensi dan karakter yang berbeda dengan era sebelumnya sehingga menuntut perubahan pendidikan termasuk pendidikan matematika. Masyarakat saat ini dihadapkan pada perubahan yang cepat, harus memiliki kepribadian, kompetensi, dan literasi yang memadai. Kepribadian seseorang adalah bagaimana mereka memandang lingkungan yang berubah. Keahlian adalah bagaimana kita menanggapi tantangan yang kompleks. Literasi adalah bagaimana seseorang menerapkan keterampilan dan kemampuannya untuk menghadapi masalah dalam kehidupan nyata. Indonesia yang merupakan bagian dari masyarakat internasional menghadapi tantangan serupa. Namun, Indonesia memiliki karakter yang khas, misalnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila. Maka dari itu dalam teori dan praktek pendidikan, begitu juga pendidikan matematika, akan memiliki karakteristik yang khusus.

Kemampuan berfikir peserta didik sangat bergantung pada kualitas proses pembelajaran. Masyarakat adaptif modern saat ini sangat membutuhkan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, komunikasi dan kolaborasi. Pendidik harus mengetahui bagaimana merancang model pembelajaran yang tepat agar siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka sampai tingkat to analyze, to evaluate dan to create. Taksonomi Bloom dalam domain kognitif, yang diperbarui oleh Anderson dan Krathwohl (2001), terdiri atas keterampilan mengingat (remembering-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Level tertinggi dari domain kognitif adalah kreativitas. Urutan logisnya adalah logis, kritis, kreatif dan selanjutnya adalah inovatif. Itulah sebabnya pengembangan karakter inovatif di masyarakat saat ini harus mencapai level tertinggi. Tiga peringkat teratas pada Taksonomi Bloom (yaitu menganalisis, mengevaluasi, menciptakan) yaitu keterampilan berpikir tingkat tinggi atau dikenal dengan istilah HOTS (Higher Order Thinking Skill).

Mulanya HOTS dikenal dari konsep Benjamin S. Bloom dkk. dalam buku dengan judul Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals (1956) yang mengklasifikasikan berbagai tingkat pemikiran disebut taksonomi Bloom, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Kita dapat mengacu pada konsep taksonomi pendefinisian tujuan pembelajaran sebagai tujuan akhir pembelajaran. Setelah pembelajaran tertentu, siswa diharapkan dapat memperoleh keterampilan, pengetahuan, serta sikap baru.

Stein & Lane mengemukakan bahwa Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah pemikiran kompleks yang tidak memiliki algoritma untuk menyelesaikannya, tidak dapat diprediksi, dan hanya dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda untuk pertanyaan atau tugas yang berbeda dengan contoh -- contoh yang diberikan. Menurut Lewis & Smith, pemikiran tingkat tinggi terjadi ketika seseorang memiliki informasi yang tersimpan dalam memori dan menerima informasi baru, kemudian menggabungkan, mengatur dan mengembangkan informasi tersebut untuk sampai pada suatu tujuan atau jawaban. kemungkinan pertanyaan tercapai dan solusi untuk Keterampilan Berpikir Tinggi (HOTS) meliputi pemikiran kritis, pemikiran kreatif, problem solving, dan pengambilan keputusan. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir, mendeskripsikan, menalar, menganalisis, dan mengembangkan keterampilan penalaran tingkat tinggi lainnya pada tingkat yang kompleks untuk memecahkan masalah yang tidak memiliki algoritma, tidak dapat diprediksi, dan mereka hanya dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda untuk masalah yang berbeda dan contoh yang ada.

Sangat disarankan agar penerapan pembelajaran matematika HOTS bersifat nyata atau kontekstual dan prosesnya memasukkan unsur eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Selain itu, juga melibatkan penerapan matematika untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. Keunggulan unsur terapan adalah memiliki proses modeling yang meningkatkan kemampuan mengabstraksi dan mengidealkan, pada akhirnya mendukung tumbuhnya kemampuan kreatif dan pada akhirnya menjadikan siswa insan kreatif. Pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan komunikasi berarti siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah, mengkomunikasikan proses pemecahan masalah yang akan diikuti, dan mengomunikasikan jawaban matematis (jawaban model) dan jawaban konkrit (jawaban pertanyaan nyata masalah). Selain itu, siswa didorong untuk menyampaikan hasil pengalaman belajarnya.

Jika berbicara mengenai HOTS pasti sudah tidak asing lagi dengan PISA. Apa itu PISA? Didirikan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Program for International Student Assessment (PISA) adalah studi evaluasi sistem pendidikan yang melibatkan lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Seperti yang telah kita ketahui, menurut Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Santi Ambarrukmi, mengatakan skor PISA Indonesia masih rendah. Hasil studi PISA 2018 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-74 atau keenam dari bawah. Kemampuan membaca siswa Indonesia berada di peringkat 74 dengan skor 371, kemampuan matematika peringkat 73 dengan skor 379, dan kemampuan sains peringkat 71 dengan skor 396.

Dikutip dari medcom.id, ada lima strategi untuk meningkatkan nilai PISA Indonesia, diantaranya:

  • Transformasi kepemimpinan sekolah dengan memilih generasi baru kepala sekolah dari guru-guru terbaik. Selain itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengembangkan marketplace bantuan operasional sekolah (BOS) online.
  • Transformasi Pendidikan dan pelatihan guru untuk menghasilkan generasi guru baru.
  • Mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa dengan cara menyederhanakan kurikulum sehingga lebih fleksibel dan berorientasi pada kompetensi.
  • Standar penilaian global,  dengan menggunakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk mengukur kinerja sekolah berdasarka literasi dan numerasi siswa. Selain itu, Kemendikbud mengungkapkan Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar juga akan digunakan untuk mengukur aspek-aspek nonkognitif untuk mendapatkan gambaran mutu Pendidikan secara holistic.
  • Kemitraan daerah dan masyarakat sipil. Kemitraan dengan Pemerintah Daerah dilakukan melalui indicator kinerja untuk Dinas Pendidikan. Kemendikbud akan mendorong ratusan Organisasi Penggerak guna mendampingi guru-guru di Sekolah Penggerak serta menggerakkan puluhan ribu mahasiswa dari kampus-kampus terbaik untuk mengajar anak-anak di seluruh Indonesia sebagai bagian dari kebijakan Kampus Merdeka.

Mengacu pada hal-hal yang telah disampaikan diatas diharapkan melalui Pembelajaran Matematika Kontemporer, para guru maupun calon guru dapat menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan, kreatif dan inofatif dengan menggunakan berbagai media penunjang pembelajaran yang modern guna tercapainya hasil belajar yang memuaskan sehingga pelajar Indonesia menjadi pelajar yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu berakhlak mulia, mandiri, kebhinekaan global, gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun