Jika berbicara mengenai HOTS pasti sudah tidak asing lagi dengan PISA. Apa itu PISA? Didirikan oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Program for International Student Assessment (PISA) adalah studi evaluasi sistem pendidikan yang melibatkan lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Seperti yang telah kita ketahui, menurut Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Santi Ambarrukmi, mengatakan skor PISA Indonesia masih rendah. Hasil studi PISA 2018 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-74 atau keenam dari bawah. Kemampuan membaca siswa Indonesia berada di peringkat 74 dengan skor 371, kemampuan matematika peringkat 73 dengan skor 379, dan kemampuan sains peringkat 71 dengan skor 396.
Dikutip dari medcom.id, ada lima strategi untuk meningkatkan nilai PISA Indonesia, diantaranya:
- Transformasi kepemimpinan sekolah dengan memilih generasi baru kepala sekolah dari guru-guru terbaik. Selain itu, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan mengembangkan marketplace bantuan operasional sekolah (BOS) online.
- Transformasi Pendidikan dan pelatihan guru untuk menghasilkan generasi guru baru.
- Mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa dengan cara menyederhanakan kurikulum sehingga lebih fleksibel dan berorientasi pada kompetensi.
- Standar penilaian global, Â dengan menggunakan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk mengukur kinerja sekolah berdasarka literasi dan numerasi siswa. Selain itu, Kemendikbud mengungkapkan Survei Karakter dan Survei Lingkungan Belajar juga akan digunakan untuk mengukur aspek-aspek nonkognitif untuk mendapatkan gambaran mutu Pendidikan secara holistic.
- Kemitraan daerah dan masyarakat sipil. Kemitraan dengan Pemerintah Daerah dilakukan melalui indicator kinerja untuk Dinas Pendidikan. Kemendikbud akan mendorong ratusan Organisasi Penggerak guna mendampingi guru-guru di Sekolah Penggerak serta menggerakkan puluhan ribu mahasiswa dari kampus-kampus terbaik untuk mengajar anak-anak di seluruh Indonesia sebagai bagian dari kebijakan Kampus Merdeka.
Mengacu pada hal-hal yang telah disampaikan diatas diharapkan melalui Pembelajaran Matematika Kontemporer, para guru maupun calon guru dapat menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan, kreatif dan inofatif dengan menggunakan berbagai media penunjang pembelajaran yang modern guna tercapainya hasil belajar yang memuaskan sehingga pelajar Indonesia menjadi pelajar yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yaitu berakhlak mulia, mandiri, kebhinekaan global, gotong royong, kreatif, dan bernalar kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H