Mohon tunggu...
LuluLukito
LuluLukito Mohon Tunggu... -

International Relations Departement Faculty of Social and Political Sciences Sriwijaya University #SriwijayaForPeace #HIUNSRI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Atas Nama Demokrasi

30 Agustus 2016   23:19 Diperbarui: 31 Agustus 2016   00:29 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era reformasi sekarang kita tau bahwa ekonomi, politik, sosial berjalan berkesinambungan sebagai panglima. Perbedaan yang sangat signifikan datang dari orde lama yang hanya menjadikan politik sebagai panglima dan ekonomi sebagai panglima orde baru. Manusiawi memang jika pemerintah "kelabakan" dalam membenahi tiga hal ini agar tetap berjalan sesuai dengan jalurnya. Tetapi, dilihat dari sisi pemuda yang berlakon sebagai pengawas pemerintah, pemuda acapkali tidak sabar atas lambannya pemerintah dalam menepati janji yang sudah terlanjur jadi janji. Maka, disinilah drama atas nama demokrasi dimulai.

Demokrasi sendiri adalah konsep yang diartikan dengan istilah goverment by the people(Kata Yunani: demos berarti rakyat. Kratos/Kratein berarti kekuasaan/bekuasa. Demokrasi dimaksudkan agar rakyat berpartisipasi dalam mengawasi pemerintahan seraya menghindari timbulnya ditaktor.

Indonesia salah satu negara yang sangat menjunjung tinggi arti demokrasi itu sendiri. lagi, pemudalah yang berperan aktif dalam berjalannya proses demkokrasi di Indonesia. Dan cukup jelas pengambaran bung Karno terhadap pemuda. Tetapi, bagaimana jika sebagian pemuda seakan mengolok-olok makna demokrasi? sehingga penilaian-penilaian negatif terhadap pemuda muncul tidak bisa dihindari. 

Kesadaran sebagian pemuda terhadap kesakralan dari memaknai demokrasi mungkin diambang kehancuran. Sebagian Pemuda ini mungkin lupa bahwa seorang Indonesia butuh waktu bertahun-tahun lamanya untuk memperjuangkan stabilitas setelah lama mengalami pasang-surut dalam bedemokrasi. Bahkan kita semua tau bahwa banyak nyawa yang hilang disebabkannya.

Atas nama demokrasi, setiap warga negara dengan bebasnya berekspresi, menyatakan pendapat, dan berkelompok. Tak heran banyak ormas dan forum dibuka dan menjamur dengan sifat yang situasional dan responsif. Dikarenakan bebas dan gratis, ormas temporer ini terkesan murahan dengan format organisasi yang tidak jelas baik secara struktural maupun visi. 

Alhasil, apa yang mereka kemukakan hanya sebatas teori lahir atas nama demokrasi tanpa ada pertanggung jawaban . Masalah yang cukup viral akhir-akhir ini ketika masyarakat Bali menuntut pembangunan. Dan ketika dibuat proyek atas aksi penggubrisan tuntutan masyarakat lengkap dengan pro nya gubernur setempat dan peraturan presiden atas proyek reklamasi Teluk Benoa, tak mau kalah pula kontra yang dibuat ormas yang sebagian besar pemuda didalamnya. Seolah ingin dicap keren oleh masyarakat, ormas ini dengan gencarnya menolak proyek dengan dalih merusak alam. 

Namun, suatu ketika DPD Bali mempertanyakan siapa yang ikut dan bertanggung jawab atas dalih tersebut, tidak ada satu orang yang mengaku dan dapat mempertanggung jawabkannya. Terlepas dari alasannya apakah mereka masih mengatas namakan demokrasi atau tidak. Entahlah.

Atas nama demokrasi, Sangat munafik jikalau saya sebagai pemuda itu sendiri pro akan kondisi pemerintahan saat ini. Tah, kodrat pemerintah haruslah selalu diawasi agar mereka tak lupa mawas diri. Lalu, Indonesia punya media yang begitu eksplisit dan nakal dalam hal sejenis pencitraan. Menanggapi isu yang beredar di masyarakat perihal desakan-desakan perubahan regulasi oleh mahasiswa kepada pemerintah terkait ketahanan pangan sangat tidak akurat dengan apa yang diberitakan media. Sehingga media yang tentu akan "menang banyak" dalam hal ini bisa mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap mahasiswa. Mengingat prestasi lain dari pengaruh media yang berhasil menaikkan partisipan pemilu dengan citra, baik citra yang dibuat oleh para politisi maupun oleh media itu sendiri. Sekali lagi, peringatan terhadap kita pemuda, karena sedikit kesalahan maka penilaian masyarakat akan secara keseluruhan.

Global Food Security Nilai Ketahanan Pangan Indonesia Tertinggi di Dunia

Singkat cerita, diplomasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tidak secepat kata "lama sekali" dilontarkan. Karena banyak petimbangan dan ancaman ketika mengambil keputusan lalu menoreh hitam diatas putih. Lalu, ketika hubungan kedua negara sudah baik akan lebih baik lagi jika akan lebih baik lagi. jadi, jangan coba-coba datang terlambat saat negara sahabat mengadakan perhelatan, ataupun jika anda letakkan tas diatas meja ketika perhelatan berlangsung, jika anda lengah, tamat sudah riwayat makna demokrasi di Indonesia. Hidup Mahasiswa!

 

Nama: Lulu Ulfa Lukita

07041281621081

International Relations, Social and Political Science Faculty

Lecturer: Ibu Nur Aslamiah Supli.,BIAM.,M.Sc

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun