Dengan lahirnya manusia maka lahirnya juga konflik pada manusia itu , konflik yang terjadi bukan hanya dari lingkngan sekitar , melainkan konflik yang terjadi pada dalam diri individu , banyak sekali konflik yang terjadi dalam diri individu , hal ini terjadi karena kesesuain sikap atau perilaku individu tersebut tidak sesuai dengan keadaan lingkungan yang menuntut seseorang untuk bersikap demikian , banyak juga contoh akibat dari konflik dari dalam diri , Moody , sering bukan kita mendengar istilah moody , Mood sebenarnya adalah kondisi emosi tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan emosi dalam bahasa Indonesia ialah ‘perasaan’, misalnya senang, sedih, takut, cemas, dan haru. Kondisi emosi (mood) ini dapat mengalami gangguan, namun hal tersebut tidak sama dengan yang dimaksud oleh bahasa umum ‘bad mood’. Ketika teman kita mengalami gangguan mood atau yang akrab kita sebut moody , maka yang sering kita rasakan adalah sebal atau merasakan emosi kepada dia , bahkan jika dia adalah seorang yang dekat dengan kita atau kita sebut sebagai kekasih , kita kan merasa tidak dihargai , karena sering kali ketika moody melanda mereka akan cenderung lebih ingin sendiri , dan tidak ada satu orang pun yang menganggunya , bukan hanya kesal , namun kita merasa prihatin , karena sebagaian aktifitasnya terhambat atau terganggu ,
Secara garis besarnya, gangguan mood terbagi dua, yaitu Gangguan Depresi dan
Gangguan Bipolar.Gangguan depresi terbagi lagi menjadi dua, yaitu Major Depressive Disorder (MDD) dan Dysthymic Disorder. MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangankemampuan untuk menikmati aktivitas yang biasa dilakukan, bersama dengan minimal 4 (empat) dari gejala di bawah ini:
1) Tidur terlalu banyak (10 jam atau lebih) atau terlalu sedikit (sulit untuk tertidur,
sering terbangun)
2) Kekakuan motorik
3) Kehilangan nafsu makan dan berat badan menurun drastis atau sebaliknya makan berlebihan sehingga berat badan meningkat drastis.
4) Kehilangan energi. Tampilannya lemas, tidak bersemangat, tidak tertarik melakukan apapun, bahu menunduk, kepala lemas, seolah tidak kuat berjalan
5) Merasa tidak berharga
6) Kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan membuat keputusan
7) Muncul pikiran tentang kematian berulang kali, atau tentang bunuh diri.
Gejala-gejala ini muncul hampir sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua)
minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami
meninggal. MDD inilah yang sering disebut masyarakat umum dengan istilah depresi.
Dysthymic disorder (gangguan distimik/distimia) merupakan gangguan depresi
yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami gangguan distimik
mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun.
Jadi, dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, separuh dari waktu tersebut individu
ini mengalami kondisi depresif, minimal mengalami 2 (dua) dari gejala di bawah ini:
1) Kehilangan nafsu makan/sebaliknya
2) Tidur terlalu banyak/terlalu sedikit
3) Merasa diri tidak berharga
4) Kesulitan berkonsentrasi dan mengambil keputusan
5) Merasa kehilangan harapan
Gejala tidak tampak jelas lebih dari 2 (dua) bulan. Tidak ada episode MDD selama
2 tahun pertama gejala muncul. Gejala yang dialami lebih ringan daripada MDD
namun dengan waktu yang lebih lama.
Gangguan Mood yang kedua ialah gangguan bipolar. Disebut bipolar karena ada episode manik dan depresif, keduanya merupakan dua kutub yang berbeda. Episode ialah jangka waktu antara kemunculan gejala. Manik/mania merupakan kondisi iritabilitas yang tinggi. Individu dengan kondisi manik menunjukkan gejala mudah terstimulasi, sangat bersemangat/energetik, sangat ‘bahagia’ (tertawa, bercanda), kepercayaan diri berlebihan, impulsif (tidak memikirkan konsekuensi tindakannya), berbicara tidak terkendali, cepat, dan berpindah-pindah ide, serta dapat tidak tidur selama dua hari berturut-turut selama ia mengalami kondisi manik ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H