Mohon tunggu...
luluk mukharomah
luluk mukharomah Mohon Tunggu... -

" Jangan menyesali apa yang terjadi hari ini, tapi belajarlah tidak menyesal dikemudian hari "

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dendam yang Kubawa Mati

8 Mei 2017   08:22 Diperbarui: 8 Mei 2017   10:07 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Jam di dinding sedari tadi berisik berdentang yang membuat penuh suasana di tengah malam. Lampu-lampu telah kupadamkan, karena aku tak suka bila lampu itu menyilaukan dan membuatku terjaga sepanjang malam.

     Saat mulai tertidur, tiba-tiba saja terdengar suara decitan pintu kamar yang terbuka.

“ ohh..mungkin hanya angin ” sambil ku memutar badan untuk memastikan tak ada yang terjadi. Tubuh yang tak bisa diajak kompromi ini berjalan lunglai ke arah pintu, kuraih gagang pintu lalu menutupnya  dan kembali tidur setelahnya.

     Jam di dinding masih berdentang, yang menjadi nyanyian penghantar tidur, hingga kedua mataku berat dan tak lama pun terlelap. Saat sudah lewat tengah malam, tiba-tiba saja aku terbangun.

“ klonteng “

     Suara itu berasal dari dapur, sesuatu pasti telah terjatuh dari tempatnya. Langsung saja aku terperanjat dari tilam bergegas ke dapur tuk mencari sumber suara tersebut.     

     Ternyata benar saja, wadah gula telah terjatuh dan memuntahkan isi yang ada di dalamnya. Tak perlu menunggu hingga terang, aku langsung membersihkan tumpahan itu. Namun, tiba-tiba…

“ buuusshh ” baru saja aku melihat bayangan orang yang lewat dari jendela dapur ku. Dia tampak menyeramkan dan dilengkapi dengan pakaian serba hitam.

“ apa dia maling? “ aku mulai ketakutan, karena aku seorang diri di rumah ini. Tak ada yang bisa ku perbuat.

     Tiba-tiba saja sesuatu telintas di fikiranku. Apa mungkin dia adalah pembunuh berantai yang belakangan  mengintai perumahan ini. Setiap pagi ibu-ibu itu terus saja membicarakan mengenai seseorang yang telah membunuh tetangganya seminggu silam. Lalu apa aku korban selanjutnya?.

“ apa dia pembunuh itu? “ kini tak hanya ketakutan sekarang bulu kuduk ku juga berdiri, seperti telah melihat hantu tapi yang satu ini hantu yang bisa membunuh.

     Saat hendak menyalakan lampu dapur kuraih tombolnya, seketika cahayanya memenuhi setiap sudut ruangan. Tapi, tiba-tiba saja bayangan yang tadi ku lihat di luar sekarang sudah berdiri di sebelahku tepat setelah aku menyalakan lampu.

     Tanganku membekam mulut, aku tak bisa berteriak. Langsung saja aku berjalan mundur, namun kakinya melangkah maju mengikuti gerakanku ketika menghindar mundur. Saat tubuhku terpojokan dan tak ada kesempatan tuk melarikan diri, tangannya yang besar dan kasar itu mendorongku kesamping, tubuhku langsung tersungkur ke lantai. Dan di saat seperti itu parang yang tengah di pegangnya dengan cepat mengincar leherku, diayunkannya parang itu yang diiringi dengan teriakan histerisku.

“ haaaaaaaaaaa…. “

     Tubuhku terperanjat dan bangun dari tidurku, peluh telah membasahi tubuhku nafasku juga tersengal-sengal. Aku tak tau apa yang barusan aku lihat.

“ apa tadi itu mimpi? “ masih setengah tak percaya.

     Pagi telah menjemputku, dan seperti biasa ibu-ibu itu sudah siap untuk bergosip lagi. Kali ini ntah apa yang dibicarakannya. Karena penasaran aku coba mendengarkan apa yang mereka gosipkan.

“ kau tau, dia itu masih muda. Umurnya juga baru 22 tahun tapi dia harus mati dengan mengenaskan “ salah satu ibu membicarakan tentang seseorang yang mati, itu berarti pembunuhnya  sudah berhasil membunuh satu orang lagi.

“ dan polisi juga menemukan terdapat gula yang jatuh tak jauh dari TKP kematian korban “ salah satu ibu menambahkan

“ apa? gula? “ cepat aku berlari masuk ke dalam tuk melihat apa yang terjadi. Ternyata TKP itu telah di penuhi polisi juga beberapa orang yang mengangkat mayat korban. Aku melihatnya sekilas.

“ itu aku? “ dengan setengah tak percaya, tubuhku tiba-tiba lemas kaki ku tak dapat menopang tubuhku, aku tersungkur ke lantai.

     Ternyata benar perempuan itu adalah aku, yang semalam itu ternyata bukanlah mimpi itu benar-benar terjadi. Ternyata aku sudah mati, dan aku mati dengan membawa dendam yang mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun