Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Penulis - Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apa yang Sebenarnya Kau Cari?

6 Juni 2024   23:11 Diperbarui: 6 Juni 2024   23:16 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mengusap rambutku ke belakang, terus menikmati sesap demi sesap dari sebatang rokok yang menyala di tangan. Setidaknya untuk mengusir resah dan rasa tak nyaman dalam hati. Aku tak pernah memasang iklan promosi, aku hanya menerima yang datang memintaku untuk menyelesaikan bagiannya. Bukankah jika mereka datang padaku, Tuhan yang menggerakkan mereka, bukan aku. Tuhan-lah yang memberiku kesempatan itu. Aku hanya memanfaatkan peluang, apa salahnya.

Aku kembali menyesap sebatang rokok yang tinggal separuh, yang mana tak lagi memberi ketenangan, yang ada malah semakin rumit antara kepala dan hatiku bertengkar. Aku merasa ucapanku kosong tanpa arti.

"Apa yang sedang kamu cari, Ra?"

Demi mendengar suara itu aku mengalihkan pandang dari jalanan dan kesibukan sore di kota ramai itu menuju seberang meja. Sebuah kursi yang kuyakini sedari tadi kosong telah diduduki seseorang. Seseorang yang lebih mirip denganku. Aku mengusap mataku, membukanya, menggelengkan kepalaku pelan guna mendapat yakin akan kebenaran yang kusaksikan. Tatapan mata kami bertemu sejenak, hening. Aku larut dalam pikiranku sendiri, inikah efek dari sebatang rokok yang kuhisap? Hingga aku dapat melihat diriku duduk di hadapanku sore ini.

"Apa yang sedang kau cari dari hidup ini, Ra?" katanya mengulang pertanyaan itu lebih lengkap.

Aku kembali mengedarkan pandang pada gedung-gedung sebelah, kembali menyesap benda berasap di tangan. Mengabaikan tanyanya.
"Bukankah kau tau yang kau lakukan adalah sebuah kesalahan, kenapa kau tak berhenti? Apa yang sebenarnya kau cari?"

Aku menatapnya sekilas, wajahnya yang kusut itu, aku sungguh tak suka melihatnya. Pipinya yang tirus dengan cekungan mata yang semakin kentara, rambut hitamnya diterbangkan semilir angin sore.

"Apa yang kau cari, Ra? Materi? tanpa uang dari yang kau sebut sebagai pekerjaan joki skripsi dan tugas-tugas itu kau bahkan telah menerima uang lebih banyak. Apa yang kau cari dari sebatang rokok yang kau hisap dalam senyap ini? ketenangan?" sosok itu merebut putung rokok yang tersisa di tangan, membuangnya ke bawah lantas menginjaknya. Putung rokok itu terburai, di bawah kakinya.

Semburat jingga mentari yang bersiap tenggelam menerpa wajah, kota itu tetap ramai meski gelap sebentar lagi bertandang. Manusia percaya diri sekali mampu menaklukan gelap dengan lampu-lampu yang nyatanya memberikan efek pada emisi karbon yang dapat membawa dampak mengerikan di masa depan. Aku menghembuskan nafas berat, sadar atau tidak kerusakan demi kerusakan ada di depan mata. Dan manusia terjebak dalam diri yang membangun dan merusak dalam waktu yang bersamaan.

"Tidak ada yang aku cari dalam hidup ini, aku hanya ingin menikmati apa yang Tuhan beri." Aku menjawab pertanyaan itu pada akhirnya.
Namun, sosok yang mengajukan tanya itu telah lenyap dari hadapan. Aku celingukan, mencarinya di antara pengunjung. Nihil, ia lenyap begitu saja dan aku mulai merasa kalimat akan jawabanku barusan tak kuyakini ketulusannya. Jawaban yang berasal dari hatikah? Atau selintas di bibir sebagai pembenaran?.

Sejak percakapan di kafe sore itu, aku mulai memikirkan, apa yang sebenarnya aku cari dari hidup ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun