Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Penulis - Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rembulanpun Tersipu

5 Desember 2023   20:02 Diperbarui: 5 Desember 2023   20:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"... hebat lo, Han."

"Hemm, Gimana, Lih?" aku menoleh ke arah Galih, barusaja ia mengatakan apa? Aku tak mendengar, aku sedang memikirkan hal lain.

"Nenek kamu padahal hebat lo, banyak yang kagum dengan beliau malah."

Aku mengangguk setuju soal itu, tapi soal beliau menjadi panutanku, entahlah.

"Kamu masih sering disuruh masuk hutan untuk mencari herbal-herbal itu?"

Aku menggeleng, sanak saudara dari yang sakitlah yang mencari herba itu selama ini. nenek sudah jarang sekali menyuruhku. Sejak aku merusak acara persembahan sesajen yang diberikan Nenek untuk nenek moyang itu katanya.

"Ibumu masih bekerja di tempat juragan Broto?"

"Iya, dan juragan Broto sangat baik sekali terhadap kami. Sering memberi sesuatu, kukira orang kaya nan dermawan seperti beliau patut dijadikan panutan, Han."

Aku mencebik, tak setuju dengan kalimat itu. Galih tak tau saja, aku dapat menangkap sesuatu yang aneh dari tingkah juragan kaya raya itu. Banyak orang yang mengelu-elukannya sebagai orang baik, inilah, itulah. Tapi aku kerap kali reflek menggeleng untuk menyetujui hal itu. alasannya? Entahlah, firasatku mengatakan ada sesuatu.

"Kau tau Ustad Salim kan?" tanyaku lagi

Galih diam-diam memelototiku, "Jangan bilang kamu ingin mengajakku berghibah soal yang tengah diperbincangkan orang tentang ustadz salim yang kepergok selingkuh," lanjut Galih sedang aku tertawa terpingkal. Sebenarnya aku hanya ingin menggodanya soal fakta yang sungguh menggemparkan soal panutannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun