Mbak bercadar itu berlalu dan aku masih memandangi langkahnya yang menjauh, ia benar-benar bersinar di mataku di antara yang lain. Aku terhenyak, mengingat suatu nasehat. Jika diberi pertolongan Oleh orang lain, selain mengucapkan terimakasih, Doa kan juga agar urusannya dipermudah sebagaimana ia yang mempermudah urusan orang lain.
"Semoga bertemu dengan jodoh yang sama baiknya, Mbak," lirihku.
Sekembalinya aku dengan lembar kertas-kertas yang tak kunjung berurutan itu, aku sedikit menyisih karena ada tiga orang Mbak-Mbak yang baru saja datang. Mbak-Mbak dengan pakaian yang cukup modis, sudah macam selebgram.
"Fotocopy KTP, Pak." Mbak yang memakai jilbab coklat berucap, menyerahkan beberapa KTP kepada Bapak pemilik tempat fotocopy.
"Berapa-berapa ini, Neng?"
"Masing-masing KTP lima ya, Pak, sekalian nanti tolong dipotong."
Aku masih mendengar percakapan Mbak itu dan Bapak pemilik fotocopy. Di tempatku duduk aku masih sibuk, sibuk yang tak kunjung selesai. Diburu waktu terakhir pendaftaran otakku agak sedikit melemot. Itulah hal yang kubenci darinya, mepet deadline bukannya punya power malah kocar kacir.
"Gorengan, Pak," tawar Mbak itu mengulurkan kantong plastik sebagimana yang ditangkap ekor mataku. Bapak fotocopy berucap terimakasih, sopan menolak.
"Gorengan, Mbak," tawarnya lagi.Â
"Eh, Iya, Mbak. Terimakasih," jawabku setelah beberapa detik terdiam tak menyadari jika aku yang dimaksudnya dengan panggilan Mbak. Mencontoh Bapak fotocopy yang menolak halus dan tersenyum ramah, maka aku melakukan hal yang sama.
Hatiku bertalu, ah, adalagi wanita bumi spek bidadari surga. Kali ini spek bidadari modis.