Mohon tunggu...
Luluk Marifa
Luluk Marifa Mohon Tunggu... Read, read and read. than write, write and write.

Menulislah, hingga kau lupa caranya menyerah dan pasrah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suara Takdir

16 Februari 2021   21:38 Diperbarui: 17 Februari 2021   10:02 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati merintih lantaran jalan takdir

Air mata saksi kekuatan terakhir

Teruntai dalam doa mengadu rasa yang hadir

Pada sisa kuat bertahan adalah pilihan

Meski duka bergelantungan

Langit pekat oleh kedukaan

Wahai, andai dapat menghapus duka

Dengan hanya manisnya kata 

Tentu tiada luka sebegitu lara

Tak jua kembali menoreg tawa

Wahai, seekor burung terbang sendiri

Melintasi musim silih berganti

Meninggalkan suram kemelut nyanyian sunyi

Memilih hilang berniat tak kembali

Pada sayapnya tak kan pernah patah

Gantungkan harapan, bahagia kan buncah

Tuhan tak kan biarkan yang tulus kalah

Wahai, jangan buat diri menyerah

Pada takdir yang belum tentu arah

Blt, 16 Februari 2021.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun