Mohon tunggu...
Luluk Mafula
Luluk Mafula Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terapeutik Tak Ingin Pisah dengan Pasangannya

28 Maret 2019   14:42 Diperbarui: 28 Maret 2019   15:48 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

hai teman-teman semua kali ini saya akan membahas tentang hubungan teraupetik dan empati dalam konseling. pasti teman-teman semua ada yang bingung, ada yang sudah tau apa itu teraupetik dan empati dalam konseling, begitupun apa hubungan dari dua hal tersebut. oke dari sini saya akan membahas tentang dua hal tersebut.

sebelum saya akan menjelaskan dua hal tersebut lebih baik kita mengetahui satu persatu terlebih dahulu tentang apa itu teraupetik dan apa itu empati, jadi teraupetik sendiri itu berhubungan dengan masalah terapi, tetapi bukan hanya terapi yang berada di rumah sakit saja, teraupetik dalam konseling bisa juga dinamakn terapi karena pengertian umum tentang teraupetik ini menyangkut tantang seseorang yang menyembuhkan pasien ketika seseorang itu mengalami sakit, seperti halnya seorang siswa dengan adanya masalah, maka tidak langsung seorang konselor menanggani masalah yang dihadai oleh siswa tersebut. tujuan adanya teroupetik ini adalah: membantu seorang siswa-siswinya untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan egonya.  

setalah membahas teraupetik selanjutnya empati, apasih empati itu? empati itu adalah  kemampuan untuk mengenali dan berhubungan dengan emosi dan pikiran orang lain, berfikir empati ini biasanya sering ditandai sebagai kemauan dan kemampuan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain, untuk merasakan perasaan dengan cara yang sama seperti kita merasakan, maksud dari empati ini adalah seolah-olah kita merasakan ataupun mengalami apa yang dirasakanoleh orang lain, seperti halnya kita melihat orang yang sedang sedih, banyak masalah secara tidak langsung itu perasaan kita sama dengan orang yang mengalami hal tersebut.

selanjutnya apa shi hubungannya dari teroupetik dan empati itu dalam konseling? jadi ketika ada seorang klaen yang sedang mengalami banyak masalah, banyak gangguan fisik maka secara tidak langsung sang konselor lah yang akan menaanggani masalah seorang klaen tersebut, sebelum menenggani seorang klaen yang bermasalh itu pasti tentunya seorang konselor itu harus mempunyai komunikasi eroupatik dengan adanya komunikasi tersebut bisa terkurangi beban seorang murid, karena tujuan komunikasi eropatik itu untuk membantu seorang klaen seperti anak-anak lainnya yang senang dan gembira tanpa adanya masalah.

dari pernyataan tersebut secara tidak langsung timbullah rasa empati pada diri seorang konselor, karena seorang konselor tersebut menempatkan dirinya sebagai siswa yang mempunyai masalah tersebut, karena ketika tidak ada timbulnya rasa empati pada seorang konselor maka secara tidak langsung tidak akan mengurangai masalah seorang klaen dan masalah tersebut bisa diselesaikan. 

dari penjelasan saya tersebut bahwasannya teraupetik dan empati dalam konseling ini saling berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain supaya penanganan masalah seorang siswa-siswinya ini bisa terselesaikan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun