Mohon tunggu...
Lulukkomariya
Lulukkomariya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Pusat Studi Islam terhadap Pendidikan dan Penelitian

2 Oktober 2024   19:19 Diperbarui: 2 Oktober 2024   19:19 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian tau gak zaman awal kelahiran islam?

Baik dalam aritikel ini saya akan membahas zaman awal kelahiran Islam. 

Seperti gambar di atas. Saat itu belum ada bangunan formal yang di jadikan sebagai pusat kajian Islam. Nabi Muhammad SAW. Menjadikan rumah sebagai tempat pendidikan sejak awal turunnya wahyu. Rumah pertama yang dijadikan sebagai tempat pendidikan adalah Al-Arqam Ibn Abi Al-Arqam(Dar Al-Arqam). Nabi Muhammad SAW. bertindak sebagai guru, sedangkan muridnya adalah sekelompok kecil pengikutnya yang percaya kepadanya secara diam-diam. Nabi mengajarkan pokok-pokok ajaran Islam kepada para sahabat di rumah itu. Tercatat pula bahwa Nabi menerima para tamu yang ingin bertanya tentang ajaran Islam dan orang-orang yang ingin masuk Islam. Rumah inilah yang membentuk jamaah Islam yang pertama pada periode Mekah.

Seiring dengan berjalanan waktu, pusat pendidikan Islam menempati beberapa tempat strategis selain rumah. Dalam konteks ini, Muhammad Munir menyebut beberapa pusat studi Islam dalam seharah kemunculan studi Islam, yaitu masjid, kuttab, madrasah, martabak, Dar Al-Hikmah, toko-toko kitab (Hawanit Al-Warraqin), ribath, rumah sakit dan rumah rumah ulama.

Nabi, para sahabat, dan generasi selanjutnya mulai memfungsikan masjid sebagai tempat mengajarkan dan mempelajari Islam. Beberapa masjid terkenal sebagai pusat studi Islam, di antaranya adalah Masjid Nabawi di Madinah, Masjid Amr bin Al'-Ash di Kairo(di bangun tahun ke-21 H), Masjid Ibn Thulun di Mesir, Masjid Kufah, Masjid Basrah, Masjid Damaskus yang sekarang terkenal dengan nama Masjid Amawi di Tunisia, Masjid Zaitunah di Tunisia, Masjid Qarawiyyin di Fez, Masjid Qardova di Spanyol, dan Masjid Al-Azhar yang dibangun oleh Dinasti Fathimiyah di Kairo Mesir.

Dalam sejarah pendidikan Islam, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan, pusat konsultasi hukum, pusat kajian dan penyelesaian urusan kenegaraan, dan pusat informasi. Sebagai pusat pendidikan Islam, masjid merupakan pusat tempat berlakunya proses pendidikan Islam. Pusat pendidikan ini merupakan lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak mengenal dasar bacaan, menulis, dan menghitung serta belajar dasar-dasar ilmu agama. Selain sebagai pusat pendidikan, shuffat difungsikan pula sebagai rumah singgah bagi para sahabat yang tidak atau belum mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki kemampuan finansial yang memadai. Merekalah yang disebut Ahl Ash-Shuffat.

Sumber gambar: Kompas.com
Sumber gambar: Kompas.com

Pada gambar di atas, masa Dinasti Umayah, masjid sebagai lembaga pendidikan tidak hanya digunakan sebagai tempat pendidikan orang dewasa (laki-laki), tetapi juga di gunakan sebagai tempat belajar bagi kaum wanita dan anak anak. Bagi orang dewasa, masjid berfungsi sebagai tempat belajar Al-Qur'an, hadis, fiqh, dasar -dasar agama Islam bahasa dan sastra Arab. 

Pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita diberikan satu kali seminggu. Mereka di ajari Al-Qur'an dan hadis, dasar-dasar agama dan keterampilan menenun atau memintal. Dalam sistem pendidikannya, mereka disatukan tanpa adanya pembagian kelas. Bagi anak-anak kaum muslim, yang sudah berumar di atas enam tahun diharuskan belajar Al-Qur'an., agama, bahasa Arab, dan berhitung. Mereka diajarkan pula menunggang kuda, berenang, dan memanah.

Sumber gambar: WordPress.com
Sumber gambar: WordPress.com

Pusat studi lainnya adalah kuttab. Tempat ini sudah dikenal di Arab sebelum Islam, dipahami sebagai tempat yang sempit dan terbatas. Kadang-kadang dinamakan pula dengan maktab. Kuttab masyhur dengan bangunan kecil atau sebuah kamar dari rumah atau kamar yang bersebelahan dengan masjid. Fungsi utama kuttab adalah tempat berlangsungnya proses penghasilan, pengajaran, dan penulisan Al-Qur'an. Kuttab adalah tempat pembelajaran tingkat anak-anak sebelum bergabung dengan tingkatan pembelajaran lebih tinggi yang diselenggarakan di masjid. Diantara syarat yang harus dipenuhi oleh guru-guru yang mengajar adalah hafal Al-Qur'an, menguasai bidang-bidang ilmu keagamaan, dan cakap menulis sastra membaca Al-Qur'an.

Sumber gambar: islamaktual
Sumber gambar: islamaktual
                  

Selanjutnya adalah madrasah. Ada yang mengatakan bahwa yang pertama kali menjadikan madrasah sebagai pusat kajian Islam adalah Nizhamul Muluk, Perdana Mentri Salju, pada abad ke-5 H. Madrasah yang dibangunnya dinamai sesuai dengan namanya. Di Baghdad, Madrasah Nizhamiyah kemudian menjadi yang paling terkenal. Madrasah terdiri atas teras yang dikelilingi oleh kubah dan melekat dengan perpustakaan. Materi keislaman yang di pelajari di madrasah meliputi materi-materi pokok (ushuluddin) dan macam-macam subpokok, seperti sejarah sastra. Adapun metode pengajaran di madrasah-madrasah ini bervariasi di beberapa tempat. Misalnya, metode pengajaran madrasah di Kairo berbeda dengan yang berada Cordoba (Spanyol), Baghdad, dan Mesir. Dalam catatan Ibnu Khaldun dijelaskan bahwa madrasah-madrasah di Afrika, misalnya anak-anak diajari materi materi tentang Al-Qur'an dan Hadis.

Sumber gambar: hidayatuna
Sumber gambar: hidayatuna

Pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid (813-833), salah seorang kholifah Dinasti Abbasiyah, kebudayaan dan peradaban mengalami kemajuan pesat dalam segala bidang, terutama dalam bidang pendidikan, administrasi pemerintahan, ekonomi, dan politik. Kemajuan dalan bidang pendidikan dan ilmiah ditandai dengan pengadaptasian dan pewarisan ilmu-ilmu yang didapat dari Persia, Yunani, Mesir, Yahudi, Kristen, dan India kedalam Islam. Setelah dunia Islam mengalami masa keemasan dan kemajuan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, pada periode selanjutnya, dunia islam mengalami penurunan.

Menurutnya pendidikan dan peradaban Islam pada masa ini disebabkan sikap umat Islam terhadap pendidikan dan pemikiran semakin berkurang.Setelah mengalami kemunduran, umat Islam mengalami masa kehancuran. Masa ini terjadi antara abad ke-15 sampai dengan abad ke-19 M. Adapun penyebab kemunduran ini adalah tidak adanya pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan yang meliputi sains, teknologi, hukum, dan filsafat. Pada akhir periode ini, keadaan ekonomi, politik, dan militer umat Islam mulai mundur.

Pada permulaan abad ke-19 dari priode ini, umat Isalam mulai sadar atas kelemahan dan kemunduran kebudayaan dan peradabannya jika dibandingkan dengan dunia Barat yang sudah maju. Melalui pengaruh kebudayaan Barat modern, sistem sekolah dasar, menengah, sekolah kejurusan, sekolah teknik, dan sampai pada sistem universitas yang ada di dunia Arab dan dunia Islam diperbarui atau disesuaikan menurut pola Barat

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun