Agama merupakan satu hal yang sangat sensitif keberadaannya di negara kita. Suatu persoalan dapat dengan mudah menjadi konflik apabila sudah bersinggungan dengan agama. Belakangan ini banyak sekali konflik yang terjadi di masyarakat kita yang menyinggung tentang agama. Hal ini tidak menutup kemungkinan memecah rasa persatuan masyarakat kita. Upaya-upaya pencegahan konflik pun marak dilakukan, tidak terkecuali seperti komunitas perdamaian YIPC. Young Interfaith Peacemaker Community, komunitas ini memiliki jaringan-jaringan di beberapa kota besar lainnya, namun saya ingin mengupas sedikit tentang YIPC yang bercabang di Daerah Istimewa Yogyakarta. YIPC cabang Yogyakarta memiliki basecamp yang berlokasi si Iromejan, Yogyakarta.
Komunitas yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswi D3 dan S1 Yogyakarta yang beragama Islam dan Kristen ini diketuai oleh Ibnu Ghulam, seorang mahasiswa D3 salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Komunitas ini dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian dalam kehidupan beragama mulai dari lingkungan sekitar kita.
Didasari karena keprihatinan para anggotanya sendiri akan banyaknya konflik antaragama yang terjadi, komunitas ini mulai berjalan sejak tahun 2012 silam dan berhasil menggerakkan 120 remaja untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga perdamaian antaragama bersama komunitas ini. Anggota YIPC sendiri hanya beragama Islam dan Kristen. Hal ini dikarenakan Islam dan Kristen merupakan agama yang dominan di Indonesia, sehingga perdamaian beragama dirasa harus dimulai terlebih dahulu dari dua agama ini. Apabila penganut kedua agama ini sudah dapat  menjaga perdamaian, maka perdamaian dengan penganut agama lain yang kurang dominan di Indonesia juga pasti akan terjaga
Walaupun anggotanya hanya terdiri dari mahasiswa-mahasiswi Muslim juga Kristen, namun dalam menjalankan kegiatannya YIPC berhubungan dengan semua orang dari agama manapun. YIPC sendiri memiliki dua kegiatan utama dalam komuitas mereka, yakni interfaith dialogue atau dialog antar iman dan pendidikan perdamaian.
Dalam masa perekrutan anggota yang dilaksanakan dua kali setahun yakni pada bulan Mei dan November, para calon anggota baru ditumbuhkan dahulu rasa kekeluargaannya dan diajarkan terlebih dahulu akan pendidikan perdamaian, barulah setelah itu mereka diajak untuk berdialog antar iman yang di dalamnya prasangka-prasangka yang selama ini mereka tujukan kepada agama lain dicurahkan. Setelah prasangka-prasangka tersebut diungkapkan, barulah mereka saling meluruskan prasangka yang salah sehingga tidak ada lagi prasangka buruk akan agama lain. Hal ini merupakan salah satu usaha preventif YIPC yang dilakukan menanggapi banyaknya perselisihan antaragama. Udar prasangka antar agama dirasa dapat mencegah timbulnya kebencian antar penganut agama sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya perselisihan.
Selain itu, YIPC memiliki beberapa kegiatan lain seperti mengajar di TPA juga PAUD, juga mengisi workshop dengan pendidikan perdamaian. Agenda mengajar TPA dan PAUD sendiri mereka lakukan dengan membawakan cerita yang mengandung ajakan untuk menjaga perdamaian kepada anak-anak. Hal ini ditujukan agar pendidikan perdamaian sudah dapat ditanamkan sejak dini.
Ada baiknya remaja zaman sekarang lebih aktif ke dalam komunitas-komunitas yang bermanfaat seperti ini daripada harus membuang waktu demi hal-hal yang kurang bermanfaat. Komunitas-komunitas seperti inilah yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini, terlebih lagi komunitas ini digerakkan oleh remaja-remaja calon penerus bangsa. Diharapkan dengan adanya komunitas semacam ini, akan dapat menciptakan generasi Indonesia kedepannya akan menjadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H