Mohon tunggu...
Arifatul Hikamiah
Arifatul Hikamiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Pemula

Hitam tak selamanya menakutkan, sering kali hitam untuk persembunyian dan menghindari kata " mencolok"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Air Hujan yang Terukur dalam Ayat-ayat Semesta

29 Mei 2021   19:16 Diperbarui: 29 Mei 2021   19:26 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan lebih banyak terjadi pada garis lintang khatulistiwa dan daerah kutub. Besarnya peluang terjadi hujan pada daerah katulistiwa disebabkan intensitas panas yang dipancarkan secara konstan sepanjang tahun, sehingga besar kemungkinan penguapan dan terbentuknya awan hangat. 

Hujan sering terjadi di daerah katulistiwa juga disebabkan karena sebagian besar wilayah katulistiwa memiliki banyak pasokan air. Pada daerah kutub sinar matahari diterima wilayah ini sangat sedikit dan suhu rendah menyebabkan udara dingin tidak dapat menahan kelembaban dan menyebabkan hujan akan turun cukup sering. Sementara itu, daerah gurun, curah hujan minimal karena jauh dari sumber air dan awan di atas padang pasir sedikit.

Untuk mengukur besarnya volume curah hujan dibutuhkan sebuah instrumen monitoring curah hujan. Instrumen adalah perangkat yang mengubah sebuah variabel fisik yang menjadi perhatian atau yang diukur menjadi suatu yang diharapkan. Variabel fisik yang diukur instrumen tersebut dikonversi kedalam bentuk satuan standar atau dikonversi menjadi suatu tindakan tindakan.

Pengukuran curah hujan dilakukan untuk mengetahui jumlah volume air atau salju yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Curah hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang datanya sangat penting untuk keperluan BMKG. 

Dimana data yang sudah terkumpul dan dianalisa oleh BMKG digunakan sebagai referensi penyusunan prakiraan iklim dan cuaca yang hampir dibutuhkan oleh semua sektor, seperti penentuan kalender tanam, penyusunan rencana pembangunan infrastruktur, sebagai data pendukung dalam kegiatan penelitian dan juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya bencana banjir sehingga dapat dilakukan mitigasi bencana lebih dini. Sebagai contoh, banjir yang terjadi.

Sehingga sebagai upaya mitigasi bencana diperlukan rata-rata curah hujan per bulannya, yang mana pihak BMKG telah melakukan langkah-langkah antisipatif berupa peringatan dini serta analisis dan prakiraan curah hujan pada daerah setempat. Selain untuk mitigasi bencana data curah hujan juga digunakan dalam bidang pertanian, sebagai contoh diperlukan rata -- rata jumlah curah hujan untuk mengetahui keadaan cuaca di daerah tersebut, sehingga dapat membantu menentukan tanaman apa yang cocok untuk agar mendapatkan hasil tanam yang maksimal. 

Dari penggalan di atas benarlah kiranya yang di sampaikan di dalam Al-Qur`an  bahwasanya air hujan yang turun itu memiliki ukuran. Maka karena begitu pentingnya mengetahui ukuran curah hujan di suatu wilayah. Tak ayal jika pada tahun 1441  sudah di temukan alat pengukur curah hujan oleh putra Raja Sejong Yang Agung, yang memerintah Dinasti Choson dari 1418 hingga 1450, menemukan alat pengukur hujan pertama. Pada saat itu  Raja Sejong mencari cara untuk meningkatkan teknologi pertanian untuk menyediakan makanan dan pakaian yang cukup bagi rakyatnya.

Pada saat itu terjadi kekeringan yang melanda kerajaan dan Raja Sejong mengarahkan setiap desa untuk mengukur jumlah curah hujan. Putranya, putra mahkota, yang kemudian disebut Raja Munjong, menciptakan alat pengukur hujan sambil mengukur curah hujan di istana. Munjong memutuskan bahwa alih-alih menggali ke bumi untuk memeriksa tingkat hujan, akan lebih baik menggunakan wadah standar. Raja Sejong mengirim alat pengukur hujan ke setiap desa, dan digunakan sebagai alat resmi untuk mengukur potensi panen petani. Alat pengukur hujan ditemukan pada bulan keempat tahun 1441. Penemuan alat pengukur hujan di Korea datang dua ratus tahun sebelum penemu Christopher Wren menciptakan alat pengukur hujan (pengukur hujan ember tipping sekitar tahun 1662) di Eropa. Sehingga tidak salah jika dikatakan, Sejong berkontribusi pada ilmu astronomi dan meteorologi (cuaca) dalam meningkatkan teknologi pertanian

Ini merupakan pembuktian dari kebenaran Al-Qur,an. Padahal Al-Qur`an telah dituran sejak 1400 Tahun yang lalu.

Perlu diketahui satuan ukur curah hujan yang diukur adalah milimeter dan telah disepakati secara internasional. Pengukuran curah hujan terdiri dari dua metode, yaitu metode penakaran hujan manual tipe observarium (non-recording) dan metode penakaran hujan otomatis (self-recording). Penakar hujan manual tipe observarium menakar curah hujan dengan suatu penakar berupa wadah. Wadah pada penakar hujan manual ini akan dikosongkan secara otomatis saat wadah penakarnya telah penuh. Penakaran curah hujan otomatis mengindra curah hujan menggunakan sensor dengan data curah hujan tersimpan.

Maka dari pemaparan di atas, benarlah kiranya yang tercantum dalam Surat Al-Furqan Ayat 2, yang bebunyi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun