Come back in my kompasiana guys,
Assalamualaikum wr. wb.
Gimana kabar kalian? Semoga sehat slalu dan slalu dalam lindungan-Nya. Aamiin aamiin ya Rabb.
Nah guys, disini kita akan membahas tentang "Pragmatisme" wah bahasan baru lagi nih. Apa sih pragmatisme itu kak? Trus siapa pemikirnya kak? Contohnya kayak apa kak? Dalam pendidikan gimana kak?
Wah wah kalian udah bertanya tanya. Yuk simak selengkapnya...
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yang mempunyai arti sebuah perbuatan atau tindakan seseorang. Sedangkan jika secara umum pragmatisme adalah ajaran atau aliran yang menekankan bahwa pemikiran mengikuti sebuah tindakan dan kriteria kebenaran itu sesuatu yang mempunyai faedah,manfaat atau kegunaan.
Lebih simpelnya gini, pragmatisme itu menekankan kepada sebuah manfaat, suatu pemikiran atau tindakan itu harus ada manfaatnya. Jadi kalo gak ada faedahnya yaa berarti tidak benar. Gitu guys.
Dalam dunia pendidikan sendiri orang orang pragmatis ini akan memberikan sebuah pemikiran yang bermanfaat untuk kemajuan lembaga atau pendidikan tempat dia mengabdi. Bagi dia mengabdi tapi tidak bermanfaat atau tidak ada manfaatnya itu suatu yang tidak benar.
Nah tokohnya disini ada 3, yaitu :
1. Charles S. Pierce
Nah kalau kalian bertanya siapa pencetus pragmatisme, yaa ini orangnya Charles adalah pencetus filsafat pragmatisme yang lahir pada 1878. Sedangkan Charles sendiri lahir berkebangsaan Amerika pada tahun 1839 dan meninggal pada tahun 1914.
Selain pencetus dari pragmatisme charles ini juga mengusulkan sebuah teori tentang arti yang mana suatu teknik dalam menjelaskan pikiran itu dapat diketahui dengan cara menempatkan pikiran pada ujian eksperimental dan mengamati hasilnya.
2. William james
Nah James ini adalah sahabat baik dari Charles. James lahir di Amerika pada tahun 1842 dan meninggal tahun 1910. James ini pernah belajar kedokteran di Havard University dan pernah belajar psikologi di Jerman.
James ini penulis produktif tentang psikologi agama. Menurutnya tidak ada kebenaran yang mutlak,umum bersifat tetap, berdiri sendiri yang lepas dari akal. Sebuah pengalaman itu berkembang dan berubah-ubah, pengalaman dimasa lalu dapat dikoreksi oleh pengalaman yang baru terjadi atau pengalaman yang akan didapat dan sebuah kebenaran juga dianggap berkembang bukan mutlak.
3. Jhon dewey