BULUSAN, SEMARANG - Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang merupakan salah satu kelurahan dengan permukiman yang padat di Kota Semarang. Permukiman di Kelurahan Bulusan terdiri dari beberapa tipologi seperti permukiman organik dan terencana. Permukiman organik adalah permukiman yang tumbuh dengan sendirinya yang pembangunannya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. sedangkan untuk permukiman yang terencana yaitu permukiman yang dibangun oleh pengembang dan biasanya berbentuk cluster.
Perbedaan yang paling menonjol antara permukiman organik dan terencana selain tata letaknya yaitu kelengkapan infrastruktur penunjangnya. Kawasan permukiman padat dan organik, cenderung rentan terhadap bencana kebakaran. Hal ini dikarenakan jarak antar bangunan yang padat serta kurangnya infrastruktur dasar kebakaran di kawasan permukiman. Berbeda dengan kawasan permukiman terencana yang biasanya juga disertakan dengan infrastruktur pemadam kebakaran seperti hydrant.
Tidak tersedianya infrastruktur dasar kebakaran membuat masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman organik dan padat harus bisa menangani bencana kebakaran  secara mandiri sebagai tindakan awal selain dengan menghubungi petugas pemadam kebakaran. Namun, masih banyak masyarakat yang belum memahami bagaimana langkah yang tepat untuk menangani bencana kebakaran. Penanganan yang tepat pada bencana kebakaran yang terjadi sangat penting untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka mahasiswa KKN Undip yang berada di Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang berinisiatif untuk mengadakan edukasi terkait mitigasi bencana kebakaran berbasis masyarakat guna meningkatkan kesiagaan masyarakat terhadap bencana kebakaran di kawasan permukiman padat.
Kegiatan dilakukan dengan menggandeng ibu-ibu di RT 5 RW 2 Kelurahan Bulusan. Hal ini dikarenakan, melihat dari intensitas ibu-ibu yang lebih sering berada di rumah sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana langkah mitigasi terhadap bencana kebakaran. Kegiatan edukasi terkait mitigasi bencana kebakaran berbasis masyarakat dilakukan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan karena dilaksanakan pada masa pandemi COVID-19.
Peserta yang mengikuti kegiatan edukasi mitigasi bencana kebakaran berbasis masyarakat menujukkan antusiasme yang cukup tinggi dan merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan edukasi tersebut. Peserta merasa bahwa memang sangat perlu untuk mengetahui beberapa langkah pencegahan terjadinya kebakaran seperti selalu mengecek kondisi peralatan elektronik, kompor dan tabung gas serta menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar dari jangkauan anak-anak.
Sedangkan langkah penanganan apabila terjadi kebakaran adalah tidak mematikan kobaran api pada kasus kebakaran yang disebabkan korsleting listrik melainkan menyiramnya dengan pasir, apabila kebakaran yang terjadi masih kecil dapat mematikan kobaran api dengan menggunakan karung goni atau kain tebal yang dibasahi. Namun apabila kobaran api membesar segera menyelamatkan diri terlebih dahulu dibanding dengan barang-barang yang ada.
Kegiatan edukasi terkait mitigasi bencana kebakaran berbasis masyarakat ini diharapkan dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri dan siaga terhadap bencana kebakaran untuk mencapai salah satu tujuan dari program SDGs yaitu Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan.
Penulis : Luluh Cahya Pangestu Ningtyas ( Mahasiswa PWK Undip)
Dosen Pembimbing Lapangan : Yuliana Kristanto, S.A.P., M.Si.
#kkntim12021
#lppmundip
#Undip
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H