"Thank you for coming out tonight. Thank you for waiting, for so long. I'm glad to be back here. Love you, Guys, so much!" (Toru Yamashita, 2023)
Kalimat sederhana itu rasanya begitu nyes di hati. Seolah melepaskan semua rindu. Ya, rindu 10 tahun tak bersua. Jika harus menggambarkan ke dalam sebuah hubungan, maka hubungan gue dengan One Ok Rock (OOR) bak hubungan jarak jauh alias long distance relationship (LDR). Hahaha...
Dari awal menjatuhkan hati pada karya-karya mereka pada 2014 silam, gue belum pernah sekalipun menonton langsung konser OOR. Sebenarnya pada 2019, OOR sudah direncanakan akan menggelar konser Asia Tour 2020 pada 30 Mei 2020 di Istora Senayan, Jakarta. Waktu itu, gue pun sudah bersiap menyambut band yang terbentuk pada 2005 lalu. Terbayang akan melihat secara langsung, Taka dan Toru berduet membawakan Heartache (lagu mereka yang pertama kali membawa gue menyukai mereka). Takdir berkata lain ketika pandemi Covid-19 mendera hingga membatalkan konser tersebut. Maka, harapan kembali diperam menjadi rindu.
Hingga akhirnya tiba-tiba melalui One Ok Rock Official, OOR mengumumkan Jakarta sebagai salah satu kota yang mereka singgahi untuk konser One Ok Rock Luxury Disease Asia Tour 2023 pada 2 Juni 2023. Membuncahlah rindu itu...
Rasa-rasanya antusias dan rindu gue meningkat berkali lipat untuk bertemu dengan Taka, Toru, Tomoya, dan Ryota. Dan sepertinya gue baru merasakan kecemasan tingkat dewa di menit-menit konser dimulai. Laiknya akan bertemu orang terkasih, telapak tangan gue dingin dan jantung gue terasa abnormal. Hahahaha... Pada 30 September 2023 pukul 19.30 WIB hingga 20.15 WIB, gue nobatkan sebagai momen tercemas tahun ini. Makanya ketika Tomoya muncul, spontan teriakan terkeras sepanjang 2023, gue lantangkan. Hahaha...
Rindu itu bukan lagi membuncah, namun semakin menggelora. Setelah hampir 'berpuasa' menonton konser selama 10 tahun, maka konser OOR menjadi pembuka yang teramat manis. Menjadi saksi konser epik penuh energi pada hari kedua (30/9) adalah sebuah keberuntungan buat gue. Meski sepertinya Taka (vokalis) terlihat kurang fit, tapi energinya teramat besar sebagai penggawa konser yang hampir memenuhi kapasitas penuh Beach City International Stadium (BCIS) tersebut.
Tapi ketakutan itu sirna begitu Wonder dimainkan. THEY WERE INSANE! BCIS nggak main-main menggemanya. Bermain-main dengan instrumen masing-masing sebentar seolah sebagai pemanasan adalah pra-pembuka konser paling gemas. Tomoya dengan gebukan drumnya, benar-benar membangkitkan kesiapan jiwa. Belum lagi, betotan bas Ryota yang berdebam seolah-olah mengiringi denyut jantung menunggu lagu pembuka dimainkan. Belum lagi petikan gitar Toru melengkapi harmoni pembuka konser. Maka, vokal dahsyat milik Taka menjadi penyempurna Wonder sebagai pembuka konser.
Seolah takut energi menyurut, kami langsung disuguhkan Save Yourself (2022), Taking Off (2017), dan Let Me Let You Go (2022) yang tone nadanya lebih tinggi daripada Wonder (2021). Jadilah BCIS semakin menggelora!
Pertengahan kedua konser, OOR menyajikan dua lagu dari album lama; Clock Strikes (2013) dan I Was King (2017). Dan berturut disusul dengan tiga lagu dari album terbaru mereka yang menjadi tajuk konser ini; Luxury Diseases (2022). Tiga lagu yang powerful itu; Renegades, Neon, dan Vandalize. Pada bagian akhir dari konser terasa semangat dan gelora para penggemar justru semakin memuncak, bukan mereda. Maklum saja, bagian akhir konser, kami disuguhkan lagu-lagu lawas; The Beginning (2013), Wasted Nights (2019), Wherever You Are (2010).
Sesungguhnya agak emosional ketika OOR membawakan Wasted Nights (2019) digandeng dengan We Are (2017). Keduanya sungguh lagu bermakna buat hidup gue. Bagi gue, OOR punya lagu yang menyemangati hidup ketika gue nggak bisa bercerita pada siapapun. Mereka seolah menjadi tangan yang menepuk bahu sambil mengatakan, "Semangat! Ayo bangkit! Lo baik-baik aja!".
Dan, We Are dan Wasted Nights menjadi kedua lagu yang merepresentasikan itu. Seingat gue, ketika pertama menonton "Flip a Coin: ONE OK ROCK Documentary", 18 menit akhir dari film dokumenter itu sungguh membuat mewek. OOR memainkan dua lagu itu sebagai penutup konser daring mereka pada 2020. Maka, pas akhirnya ketika menyaksikan langsung dengan mata kepala sendiri keempatnya membawakan dua lagu itu serasa merinding. Belum lagi, teringat scene bertengkar dengan atasan di kantor karena kerjaan, kemudian usai itu, gue sengaja memainkan We Are dengan pengeras suara. Gue lantang menyanyikan lirik We Are yang berbunyi, "They are the weakest! They don't even know anything they say will never break our hearts of gold!" dan nyanyi sekencangnya. Hahahahaha... Alhamdulillah bos nggak kasih SP! Hahahaha...
Hal berkesan dari konser hari kedua adalah Taka yang berkata "Fuck*ng" berkali-kali dan itu membuat gue bahagia. Hahahaha... konyol ya? But thats true... "Fuck*ing great moment!" dan "You are fuck*ng great!" adalah kalimat lengkap yang diucapkan Takahiro Morita alias Taka. Seingat gue, ia menyebut dua kalimat itu usai dua lagu; Wherever You Are dan Stand Out Fit In. Ekspresinya yang seolah bahagia puol melihat fans sungguh menjadi paduan suara dengan dirinya sebagai dirigen. Lainnya, gue tidak mengira bahwa Taka bisa seimut itu. Benarlah beberapa fans menyebut ia, "The cutest rock star". He's indeed!
Lainnya, Tomoya Tomato yang berbatik ria di paruh kedua konser membuat gue benar-benar merasa bahwa ia menghargai budaya Indonesia. Ryota melakukan hal yang sama pada hari sebelumnya jika tak salah.
Dan, memang Tomoya selucu itu. Beberapa ekspresinya membuat gue ngakak ketika sedang paduan suara dengan Taka, terutama di tengah Stand Out Fit In.
Namun yang mungkin tak bisa terlupakan adalah Si-Baju-Merah-Jangan-Sampai-Lepas, Toru Yamashita. Founder OOR itu jika harus dijabarkan dalam tiga kata, maka ia adalah CCS alias Cool, Calm, and Sexy. Gue baru sadar bahwa mata Toru sesungguhnya tidak sesayu itu. Ia punya mata besar yang amazing. Dan, ini ia tunjukkan ketika kamera menyorot close up waktu membawakan Stand Out Fit In. Langsung saja momen itu mengeluarkan terikan 200 desibel gue yang terpendam. Hahahaha... Dan, gue paling nggak bisa tahan teriak ketika dia mulai angkat kaki kirinya sambil memetik gitar. Membuat pikiran melayang dan berimajinasi ingin menjadi gitarnya. HAHAHAHAHA... He's so HAWT!
Ah, bisa tak habis-habis jika gue harus menuliskan seluruh momen. Ini saja gue menulis dengan emosi yang bercampur aduk. Sebentar airmata berlinang. Beberapa detik kemudian malah senyam-senyum sendiri.
Sungguh, konser yang menakjubkan; megah, indah, dan berbahaya. Berbahaya karena ketika seharusnya konser itu sebagai pelepas rindu, OOR justru menimbulkan rindu baru bahkan sebelum konser itu usai. Rasanya ingin mengulang terus. Candu! Tapi benarlah apa yang dikatakan Taka; mereka tampil 3 jam, 4 jam, 5 jam pun takkan memuaskan kami, OORers. Ketika Taka mengucapkan, "It's not goodbye, but see you soon", rasanya rindu baru mulai tertanam. Ah kan menulis ini ditemani Wasted Nights adalah hal yang paling salah. Jadi, mrebes mili...
I miss them. Ini kenapa gue merasa kalau sebenarnya gue mengalami PCD. Hahahaha...
Ah, untungnya mereka berjanji, Taka sih yang bicara... maka, dengan memegang janji itu, aku kembali merindu... #tsah
NO MORE 10 YEARS NO MORE 5 YEARS AAAAAAAAA DIGINIIN MAS TAKA AJA MEWEK MLEYOT 😭😭#ONEOKROCKinjakarta2023 #ONEOKROCKINJAKARTA #OORinJakarta2023 #ONEOKROCK pic.twitter.com/2QNbBiZjRO— chik️️ (@killuavid) October 1, 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI