"You're the meaning in my life. You're the inspiration."
("You're The Inspiration" oleh Chicago)
***
"Di manakah tempat yang memberikan banyak inspirasi versi kalian?"
Jika pertanyaan itu disampaikan padaku, maka aku akan menjawab; "KAI Commuterline."
Lalu, jika pertanyaannya diganti menjadi,
"Di manakah tempat yang menempa kalian menjadi orang yang kuat?"
Maka, jika pertanyaan itu juga disampaikan padaku, maka akan kujawab; "KAI Commuterline."
Lantas, mengapa KAI Commuterline menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu? Maka, beginilah ceritanya.
***
Kegiatan yang paling sering dilakukan penumpang KAI Commuterline adalah memperhatikan ponsel pintar masing-masing di genggaman---tentu saja selain tertidur seumpama beruntung mendapatkan tempat duduk. Itu pun yang kulakukan. Bukan untuk memantau media sosial mantan semacam stalker ataupun hanya sekadar men-scroll video-video singkat dalam sebuah aplikasi kekinian.Â
Seringnya, aku menulis---kegiatan yang mendenyut dalam nadi, mengalir dalam darah. Apalagi jika di sekitarku banyak hal yang tiba menyalakan lampu ide di otakku dengan spontan. Dan, stasiun hingga di dalam KAI Commuterline menjadi tempat yang sungguh penuh inspirasi.
Satu kali terinspirasi dari lelaki yang kerap kutemui di Stasiun Bekasi untuk kereta yang berangkat pada pukul 06.15 WIB. Beberapa kali bertemu, mushaf Al-Qurn berada dalam genggamannya. Gemas sekali rasanya tidak menuangkannya dalam sebuah cerpen. Maka, jadilah sebuah cerpen yang kutulis dalam beranda Facebook-ku.
Lain hari, inspirasi datang dari seorang ibu yang memaki anaknya---kutebak usia sang anak tak lebih dari 7 tahun. Kata-kata se-kebun binatang keluar dengan mudah seolah sedang meludah. Si Ibu tak peduli dengan pandangan penumpang KAI Commuterline yang sibuk menghakimi tanpa kata. Sementara aku, sepanjang rute Stasiun Bekasi hingga Stasiun Juanda dengan posisi berdiri berhasil menyelesaikan satu tulisan mengenai mengenaskannya orang tua tanpa ilmu.
Belum lagi, cerita tentang ibu-ibu pemborong Tanah Abang---begitu sebutanku untuk para penumpang ibu-ibu yang kerap ramai saling berbincang, meski larangan berbicara digaungkan kala pandemi lalu. Jenis penumpang yang paling menginspirasi untuk dijadikan tulisan.
Suatu waktu, KAI Commuterline menjadi tempat terbaik menangis ketika patah hati. Cukup berdiri di depan pintu, lalu kalian menghadap ke arah jendela---apalagi kalian menggunakan masker. Takkan ada yang memperhatikan---kembali karena kegiatan yang paling sering dilakukan penumpang KAI Commuterline; menatap layar ponsel pintar masing-masing. Tempat yang terlalu nyaman barangkali, asal tangisan tidak sampai terisak-isak dan berteriak.
Begitulah inspirasi-inspirasi datang. Keberagaman penumpang KAI Commuterline dari berbagai kalangan menjadi objek-objek yang menarik untuk dituangkan dalam tulisan apalagi untuk seorang penulis sepertiku. Keberagaman yang menunjukkan KAI Commuterline amat ramah bagi masyarakat dari semua kalangan.Â
Ramah yang bisa diartikan dari sisi biaya atau sebut saja ramah di kantong. Ramah pula dalam sisi rute yang dimiliki. Kini, setiap kali bepergian ke suatu tempat baru di daerah Jabodetabek, bukankah hal yang ditanyakan jika naik transportasi umum; "Stasiun KRL terdekat ada nggak?". Hal yang tentu saja menjadi keunggulan KAI Commuterline.
***
"Di manakah tempat yang menempa kalian menjadi orang yang kuat?"
Ada alasan KAI Commuterline menjadi jawabanku sebagai tempat menempa kekuatan. Utamanya karena selama hampir 8 tahun menjadi Anker (anak kereta, pen.), aku lebih sering berdiri ketimbang duduk. Barangkali ada di antara kalian yang menjadi anker, pernah mengalami masa KAI Commuterline yang berdesakan bak bandeng presto.Â
Sebagai Anker Bekasi, masa-masa itu merupakan masa keemasan untuk melatih kekuatan dan kecepatan kaki. Apalagi jika harus berpindah ke peron 5 arah Stasiun Tanah Abang. Tak hanya kekuatan dan kecepatan kaki dalam mengejar KAI Commuterline yang dilatih, namun juga kekuatan mendorong adalah bekal yang harus dipelajari.Â
Sungguh, jika diingat, masa-masa itu membuat tersenyum. Selain pernah mengalami sendiri rok terjepit pintu dan berkibar-kibar di pintu kereta, pun tak jarang di gerbong perempuan, ada penumpang yang menjadi Cinderella tiba-tiba karena sepatunya terlepas ketika mengejar kereta. Sungguh, memori...
Jika diingat seperti di atas, maka ada rasa syukur terselip terkait pergantian rute kereta yang menjadikan kereta tujuan Stasiun Tanah Abang dari Stasiun Bekasi satu rute. Meski, mungkin Anker Bogor akan berkomentar mengenai hal ini sebagai ketidakadilan, tapi sungguh perubahan rute tersebut adalah hal terbaik yang dilakukan KAI Commuterline pada 2022. Terima kasih tulus dihaturkan oleh Anker Bekasi.Â
Perubahan ini sungguh memanusiakan penumpang KAI Commuterline dengan tujuan Bekasi -- Jakarta/Cikarang yang semula kuibaratkan bak bandeng presto. Pada akhirnya, KAI Commuterline menjadi bagian keseharian dalam hidupku. Menempa diri menjadi pekerja urban yang kuat secara jiwa, raga, dan mental. Untuk itu, maka aku harus berterima kasih pada KAI Commuterline. Terima kasih, KRL!
LA/290823
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H