Kesimpulan ini saya dapat karena pada tahun 2016 (17 tahun pasca kejadian Stasiun Balapan) Mas Didi Kempot masih saja ditinggal pacarnya.
Meskipun Mas Didi Kempot mencoba move on dengan pindah rumah ke provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, namun tetap saja nasib buruk ditinggal pacar menghinggapinya.
Bedanya di lagu Banyu Langit (2016), Mas Didi Kempot merahasiakan dia ditinggal pacarnya dimana. Apakah masih di Stasiun, Terminal, Pelabuhan, atau ada peningkatan di Bandara Internasional Adisutjipto. Entahlah, di lagu ini tidak terdeteksi, namun yang pasti luka hati ditinggal kekasih masih terasa dalam lagu ini.
janjine lungane ra nganti suwe-suwe
pamit esuk lungane ra nganti sore
janjine lungane ra nganti semene suwene
nganti kapan tak enteni sak tekane
banyu langit sing ono dhuwur khayangan
watu gedhe kalingan mendunge udan
telesono atine wong seng kasmaran
setyo janji seprene tansah kelingan (Banyu Langit, Didi Kempot).
Dari Mas Didi Kempot pula kita bisa belajar kesetiaan, meski yang disetiai belum tentu setia atau sekedar ingat kepada kita. Sebagai perbandingan, Glen Fredly yang dalam album Selamat Pagi Dunia (2002) katanya Sedih Tak Berujung karena Akhir Cerita Cintanya berakhir di Januari.
Namun cukup 4 tahun bagi dia untuk Move On hingga mendapatkan Terang (2006), bahkan di tahun berikutnya Glen sukses mendapatkan Happy Sunday. Di kehidupan nyata pun Glen tidak terlalu bermasalah dengan patah hati, mulai dari Dewi Sandra sampai Aura Kasih bisa ia gaet. Padahal dia sempat kapok jatuh cinta dan tetap setia menjaga cintanya.
Namun bila waktuku telah habis dengannya
Biar cinta hidup sekali ini saja (Sekali Ini Saja, Glen Fredly)
Setianya mas Didi Kempot mencerminkan penghargaan atas perempuan, dan penghargaan atas cinta. Mendapatkan lelaki seperti Mas Didi Kempot harusnya menjadi idaman setiap perempuan. Bayangkan, kalau setiap lelaki berfikiran seperti lirik lagu Denpasar Arjosari yang dipopulerkan Brodin, habis kamu ndes. Udah dirasain, langsung dilupakan.
Sing penting aku wes tau ngrasakke
Yen ngajak pisah aku mung manut wae (Denpasar Arjosari, Supali, dipopulerkan Brodin dan Ratna Antika)