Pekan ini kita diramaikan oleh berita usulan akan dilegalkannya balap liar (Sumber:Â http://www.merdeka.com/jakarta/polda-metro-sediakan-tempat-balap-liar-ini-lokasinya.html)Â
Alasan dilegalkannya balap liar, menurut sumber yang sama, adalah "Dengan adanya suatu wadah ini, sehingga hobi mereka lebih tersalurkan. Kita mengakomodir fenomena-fenomena yang sering dilakukan oleh remaja kita, pemuda-pemudi yang setiap malam minggunya mereka keliatan melakukan balap liar di jalan," jelas Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Risyapudin di Polda Metro Jaya, Senin (12/1).
Penulis sangat menyayangkan usulan ini, karena ini merupakan simbol menyerahnya aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian, dalam melakukan penegakan hukum dalam hal ini memberantas balap liar.
Padahal prestasi polisi dalam membubarkan balap liar sebenarnya cukup baik, seperti ratusan orang tertangkap di Monas (Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/polisi-tilang-mobil-lamborghini-saat-razia-balap-liar-di-scbd.html ) dan Taman Mini (sumber: http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/11/29/razia-balapan-liar-di-taman-mini-polisi-tilang-ratusan-motor) hingga tertangkapnya Lamborghini saat balap liar di SCBD (sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/polisi-tilang-mobil-lamborghini-saat-razia-balap-liar-di-scbd.html ).
Artinya upaya polisi sebenarnya sudah on the track dalam memberantas balap liar.
Penulis sendiri berulang kali merasakan kesalnya dihalangi/ditutup jalannya oleh gerombolan balap liar di wilayah TMII. Oleh karenanya jika untuk balap liar jalanan ditutup, penulis sangat tidak setuju karena ada hak pengguna jalan lain yang dilanggar.
Â
Seberapa Urgent Sih Balap Liar Hingga Harus Dilegalkan?
Para pembaca tentu masih ingat beberapa lalu Kemhub pun dipaksa menyerah dalam menegakan aturan soal Ojek Online.Â
Namun secara manfaat, memang Ojek Online (meski ilegal) harus diakui masih bermanfaat untuk masyarakat luas. Sementara balap liar? Apa sih manfaatnya untuk masyarakat luas.
Ada yang bilang perputaran ekonomi di arena balap liar besar, bisa puluhan hingga ratusan juta dalam 1 malam balapan. Tapi seberapa besar jika dibandingkan dengan perputaran ekonomi di sektor lain? Seberapa menyumbang PAD atau menghidupi berapa ribu atau puluhan ribu orang sih balap liar? Jika memang alasan perputaran ekonomi besar, kenapa ga sekalian legalkan judi atau prostitusi yang tiap malam bisa beromzet ratusan juta hingga miliaran rupiah? Bahkan yang dihidupkan pun banyak mulai bandar judi (serta keluarganya), mucikari (serta keluarganya), PSK (serta keluarganya), hingga tukang parkir lokalisasi (serta keluarganya).
Ada juga alasan penyaluran hobby anak muda. Jika memang tujuannya penyaluran hobby, kenapa polisi ga sekalian usul tutup jalan untuk dijadikan lapangan sepakbola atau lapangan bulu tangkis? Menyewa lapangan sekarang lumayan mahal loh, mau sepakbola lapangan, bulutangkis, atau futsal sekalipun. Jadi alasan penyaluran hobby maupun bakat menurut penulis sangat mengada-ada jika tidak menyalurkan pula bakat dan hobby sepakbola, bulutangkis atau olahraga lainnya. Ga usah teriak-teriak soal prestasi sepakbola atau bulutangkis yang melempem jika lapangan pun tidak difasilitasi.
Jadi hendaknya kita menolak legalisasi balap liar apapun alasannya.
Â
Salam
Andreas Lucky Lukwira
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H