Mohon tunggu...
Andreas Lucky Lukwira
Andreas Lucky Lukwira Mohon Tunggu... wiraswasta -

mantan ketua angkatan, mantan kasir, mantan calo tiket sepakbola, mantan reporter tabloid kecantikan, mantan kernet Mayasari, mantan kordinator operasi bis malam....sekarang calo bis pariwisata plus EO tour kecil2an pengasuh akun @NaikUmum

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Saatnya Transjakarta Introspeksi

6 Juli 2015   14:49 Diperbarui: 6 Juli 2015   14:49 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbakarnya TJ merupakan akibat lemahnya pengawasan dari Dishub maupun PT TJ sendiri. TJ LRN045 pernah dilaporkan ke surat pembaca sebuah koran nasional antara September-Oktober 2014.   \                      Dalam surat pembacanya, seorang penumpang menyampaikan bahwa TJ tersebut sudah tidak berlaku keurnya sejak 2013, dan sudah dibenarkan Kepala UP TJ ketika itu (foto terlampir).

  Namun ternyata dalam rentang waktu 6 bulan lebih pengawasan Dishub maupun PT TJ masih buruk sehingga bus bisa sampai terbakar.  Pasca kecelakaan Mampang beberapa waktu lalu Dirut PT TJ menyampaikan akan menerjunkan petugas khusus ke masing-masing operator untuk memeriksa kelayakan bus yang akan operasi. Namun kenyataan mereka masih kecolongan.  Untuk merk sendiri saya kurang sependapat jika menjadi penyebab sebuah bus mengalami gangguan termasuk sampai terbakar. Karena TJ sendiri memiliki pengalaman operator JET (bus Mercy dan Hino) pernah terbakar juga di Blok M (12 Desember 2008) dan HI (6 Juni 2012). Saya melihat perawatan untuk TJ buruk sebagai penyebab banyaknya gangguan teknis pada TJ.  Saya berharap PT TJ menjalankan fungsi pengawasan terhadap bus-bus baik yang dioperasikan operator maupun yang dioperasikan PT TJ. Serta Dishub menjalankan fungsi pengawasan sesuai yang diamanatkan UU 22/2009 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan sehingga Angkutan umum yang melayani masyarakat merupakan angkutan umum yang benar-benar dalam kondisi laik.  PT TJ sendiri sebenarnya diharapkan bisa lebih baik daripada Transjakarta di era Unit Pengelola (UP TJ) maupun Badan Layanan Umum (BLU).  Namun 7 bulan berjalan, pelayanan dari TJ tidak banyak berubah. Mulai dari terbakarnya TJ Zhongtong di MT Haryono, mogoknya pengemudi TJ JMT, TJ menabrak beberapa sepeda motor dan mobil di Mampang, TJ milik PT TJ yang mogok, hingga terbakarnya TJ LRN.  Uniknya dari sekian banyak kejadian tersebut, PT TJ maupun Gubernur DKI lebih memilih mencari kambing hitam.  TJ Zhongtong terbakar, PT TJ menyalahkan Agen Pemegang Merk (APM). Alasannya adalah karena mereka punya kontrak perawatan dengan APM. Padahal sebagai operator, PT TJ sudah seharusnya memiliki self control  atas armada yang mereka operasikan. Harus ada cek final setiap bus masuk atau keluar poolnya. Lain jika sudah service berkala baik service ringan maupun berat, ada peran APM disitu.  Mogoknya pramudi JMT pun PT TJ dengan enak menyalahkan operator. Padahal ketidakmampuan operator membayar disebabkan adanya disparitas harga bayar per KM dari TJ ke masing-masing operator. PT TJ harus meninggalkan sistem pembayaran per KM "masa lalu", dimana operator dipilih berdasarkan penawaran terendah. PT TJ harus berani menaikan rupiah per KM agar operator sanggup meningkatkan pelayanan yang diberikan. PT TJ tidak bisa melemparkan permasalahan mogoknya pramudi ini ke operator, karena penumpang bayar tahunya ke Transjakarta, bukan ke operator.  TJ JTM menabrak beberapa sepeda motor dan mobil di Mampang, PT TJ menyalahkan operator JTM. Padahal operasinya bus dari masing-masing operator seharusnya tidak lepas dari pantauan petugas pengendali dari Transjakarta. Bisa diduga dalam kasus tidak laiknya bus ada ketidak jelian atau bahkan pembiaran dari PT TJ itu sendiri.  Yang mengenaskan adalah terbakarnya TJ LRN 045. DKI 1 maupun TJ 1 seakan kebakaran jenggot dan membabi buta mencari kambing hitam. Mulai dari operator hingga merk. Saya agak tergelitik ketika membaca statement DKI 1 yang menyebut merk bus yang terbakar, Komodo (Indonesia), turut menjadi penyebab terbakarnya bus. Entah mengerti atau memang tidak mengerti sejarah, TJ yang dioperatori Jakarta Ekspress Trans (JET) pernah pula terbakar meski bus yang dimiliki dari merk terkenal (Mercedes Bens dan Hino). Pada 12 Desember 2008 TJ JET terbakar habis di pintu masuk terminal Blok M. Pada 6 Juni 2012 TJ JET juga terbakar di Bundaran HI.Artinya merk bagus tidak jaminan sebuah bus tidak terbakar, melainkan baik buruknya perawatan menjadi penting dalam kelaikan sebuah bus untuk beroperasi. Sebagai tambahan, bus yang dipakai PT JET (Mercedes Bens 1521 dan Hino RG) merupakan spek terbaik di jamannya, dan bahkan sampai saat ini masih dipakai untuk lintas Antar Kota Antar Provinsi.  Sekian banyak kejadian yang menimpa Transjakarta, mulai dari mogok, kecelakaan, demo sopir, hingga terbakar sebaiknya dijadikan momentum introspeksi bagi PT TJ.   Sudah cukup mencari kambing hitam, minta maaf lah ke penumpang. Dan perbaikilah sistem yang ada sehingga tidak ada lagi masyarakat yang menjadi korban atau dikorbankan atas ketidakberesan sistem yang ada di Transjakarta   SalamAndreas Lucky LukwiraPenggiat @NaikUmum087885077122

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun