Mohon tunggu...
Lukmanul Faqih
Lukmanul Faqih Mohon Tunggu... MAHASISWA -

Alumni PP. Al-MAshduqiah Patokan Kraksaan Probolinggo menempuh jenjang strata 1 jurusan akuntansi syariah di IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Esensi Seorang Santri

9 Februari 2018   20:58 Diperbarui: 9 Februari 2018   21:10 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Kompas.com/M.Agus Fauzul Hakim)

            "Santri bau, adalah yang bermasalah. Mereka mengeyam pendidikan di pesantren, tapi ketika pulang ke masyarakat tidak mengamalkan ajaran gurunya dengan baik, mereka justru terkomtaminasi oleh ideologi-ideologi lain dan kemudian lebih tertarik pada hal duniawi, gila pangkat dan kehormatan, dalam definisi yang pernah populer di Indonesia, santri bau ini masuk sebagai bahasa laten."

            Dari definisi diatas masuk ke kategori manakah kita?. Santri sesungguhnya, bau santri, atau santri bau. Jadi, bukanlah santri yang sebenarnya jika masih terkombinasi perbuatan-perbuatan yang tidak tarbawi, bagus kulitnya tapi busuk isinya. Ialah mereka yang mengaplikasikan di tengah-tengah kerumunan masyarakat ajaran-ajaran baik yang didapat kala di pesantren, dialah santri yang sesungguhnya. Lumrah jika ketika di pesantren berbuat baik ala ulama, karena di pesantren suasananya jauh berbeda dibanding di luar. Beruntunglah bagi mereka yang masih setia dan berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam ketika terjun di dunia yang sebenarnya, dunia yang penuh kedzaliman, penghianatan terjadi dimana-mana, aurat terumbar dimana-mana tanpa memandang tempat, suara tangisan terdengar sangat keras ketika mereka tidak mendapatkan hak-haknya. Seorang santri yang terkenal dengan ilmu agamanya menjadi harapan Bangsa demi masa depan yang cerah, membuang kedzaliman dan menggantinya dengan kejujuran, menghapus air mata dan membawa kebahagian. Karena ilmu yang luas akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan pendidikan karakter (character education) yang baik.

            Seorang santri harus berani menpertahankan eksistensinya sebagai santri walaupun kebencian dan kedzaliman terus menggoyahkan keimannya. Seorang santri harus berjuang menunjukkan esensinya sebagai santri walau halangan dan rintangan dihadapinya. Seorang santri tidak hanya berlaku di pesantren saja, seorang santri bukan limited editiontapi unlimited,dimanapun mereka tetap santri. Mungkin nama santrinya bisa hilang lenyap dimakan status baru yang lebih tinggi, namun nilai-nilai dan jiwa-jiwa santri yang telah tertanam sejak kecil hingga dewasa harus tetap berdiri kokoh menyeimbangi dan menemani profesi-profesi yang banyak membawa manusia pada penyimpangan. Seorang santri identik dengan pemuda dimana pemuda itu ialah harapan Bangsa "Subbaanul Yaumi Rijaalul Gadzi".

Pendidikan di Pesantren

           Pendidikan umum yang diterapkan di pesantren tidak jauh berbeda dengan sekolah-sekolah semestinya, namun di pesantren selain mendidik santri agar berkompetensi tinggi juga supaya mampu menjadi seorang leadershipyang pada suatu saat nanti akan menjadi nakhoda Negara Indonesia tercinta. Terwujudnya pondok pesantren yang mampu melahirkan generasi muda yang handal, kreatif, mandiri, bertanggung jawab dalam pembangunan ummat. Memang pesantren terkenal dengan pendidikan agamanya, mencetak santri supaya mampu mengimplementasikan yang telah didapat mengenai agama. Namun tidak semua pesantren bertendensi terhadap ilmu agama. Cinta agama dan cinta Negara juga menjadi pendidikan di pesantren. Pendidikan yang over agamis tersebut yang akhirnya banyak terjadi faham-faham yang menyeleweng ajaran agama islam sebagai agama rahmatan lil aalamiin,agama yang mampu memberikan keselamatan dan kedamaian bagi pemeluknya dan berdampak pada seluruh ummat. Adapun pendidikan di pondok pesantren terbagi menjadi 3 macam:

  • Pendidikan intelektual
  • Pendidikan spritual
  • Pendidikan karakter

            Pendidikan intelektual ialah pendidikan yang sangat dibutuhkan bagi setiap manusia yang terlahir di dunia ini, karena tiada manusia yang terlahir langsung pintar, pepatah arab mengatakan "Laisal Mar'u Yuu Ladu Aaliman"yang memiliki makna tiada orang yang terlahir dengan pintar. Semuanya butuh proses yang nyata untuk menjadi insan yang berpengatahuan luas. Maka di pesantren inilah seorang santri di didik dan diproses menjadi santri yang berilmu luas seperti luasnya lautan di muka bumi ini. Melalui pendidikan-pendidikan yang ada di pesantren, entah pendidikan akademik (academic education) maupun pendidikan non-akademik seorang santri bisa menemukan dan menggalih lebih dalam lagi potensi-potensi (pashion) yang ada dalam dirinya untuk dikembangkan dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Tidak sampai disini, pesantren juga menyediakan fasilitas pendukung terhadap potensi yang dimiliki santrinya supaya menjadi orang yang profesional dalam bidangnya.

            Pendidikan spiritual yaitu pendidikan yang akan menyelaraskan  intelektual seorang santri agar dapat memobilisasi kemana dan dimana intelektualnya digunakan. Selain itu, spiritual juga dapat mengukur sampai mana ia dapat mendapatkan intelektual yang lebih signifikan lagi. Spritual layaknya jalan tol untuk mendapatkan kompetensi-kompetensi yang baik bagi seorang santri

            Pendidikan karakter (character education)atau juga bisa disebut dengan pembangunan karakter (character building) ialah suatu pendidikan yang sangat penting. Kerena untuk menjadi seorang yang berguna bagi nusa, Bangsa, agama dan orang lain kecerdasan maupun kepintaran tidak cukup. Faktanya banyak sekali orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi namun karakternya dalam pribadinya sangatlah memprihatinkan. Ujung-ujungnya hidupnya ternodai oleh perbuatannya.

Dengan mengimplementasikan semua pendidikan diatas maka akan terbentuk esensi santri yang sesungguhnya, dimana dapat mengkombinasikan antara kompetensi, spiritual dan karakter yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun