Mohon tunggu...
Lukmanul Faqih
Lukmanul Faqih Mohon Tunggu... MAHASISWA -

Alumni PP. Al-MAshduqiah Patokan Kraksaan Probolinggo menempuh jenjang strata 1 jurusan akuntansi syariah di IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Esensi Seorang Santri

9 Februari 2018   20:58 Diperbarui: 9 Februari 2018   21:10 1472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan pesantren di Indonesia cukup pesat, khususnya di daerah jawa bagian timur. Bahkan pada masa pemerintahan Belanda seorang santri juga berperan dalam perjuangan demi memperebutkan kembali kemerdekaan Negara Indonesia dari tangan Belanda. Pesantren yang dulunya berjumlah puluhan kini menjadi ribuan di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Ini menandakan pendidikan di pesantren sangat berpengaruh pada perkembangan Bangsa Indonesia. Sebelumnya simak terlebih dahulu asal usul singkat berdirinya pesantren.

Pertanyaan yang mungkin tersirat dalam hati kita ialah mengapa disebut santri, mengapa tidak pelajar saja?. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren berawal dari seseorang yang ingin menuntut ilmu atau belajar terhadap seorang kyai pada suatu daerah, maka terjadilah kegiatan belajar dan mengajar antara keduanya. Namun, berselang lama si pelajar merasa jenuh karena jarak antara rumah dan tempat belajarnya lumayan jauh, maka bermalamlah dia kediaman kyainya tersebut dengan tujuan agar kegiatan belajar mengajarnya terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan. Maka orang yang belajar tersebut disebut santri dan tempat belajarnya disebut pesantren atau yang lebih populernya saat ini ialah pondok pesantren.

Akan disebut pondok pesantren apabila terdiri dari seorang kyai, santri, dan masjid. Ketiga unsur inilah yang sangat berperan dalam menstabilkan kegiatan belajar mengajar dalam lingkup pesantren untuk memajukan prospek pesantren tersebut.Fasilitas sarana dan prasarana lainnya ialah hanya sebatas penunjang agar educationdi pesantren tersebut semakin signifikan perkembangannya. Tanpa ketiganya, kegiatan belajar dan mengajar tidak akan berjalan dengan stabil. 

Dari seoang kyai sinilah seorang santri berhak mendapatkan ilmu untuk memperdalam kompetensi dalam diri pribadinya, karena  belajar dengan otodidak semata membaca tanpa diajari langsung oleh sang guru yang justru lebih memahami dan pengalaman (experience) pada suatu bidang ilmu tersebut akan terasa kurang sempurna untuk mengetahui lebih dalam luasnya ilmu pengetahuan tersebut. Maka sang Guru atau Kyai mempunyai peran yang cukup produktif demi kemajuan intelegensi anak didiknya.

Esensi  Santri Yang Sebenarnya

           Tentunya kita mempunyai pertanyaan yang mungkin membuat kita kebingungan untuk menjawabnya, seperti apa sih esensi santri sebenarnya?. Apakah mereka yang pernah mengeyam pendidikan (education) di Pesantren disebut santri yang sebenarnya? Atau mereka yang pernah menginjak bumi pesantren namun tidak sampai tamat tapi perbuatannya seperti tanaman padi yang mulai menguning?. Untuk memahami problematika  ini mari kita simak dawuhan seorang Kyai yang cukup terkenal di Daerah Situbondo ialah Kyai As'ad Syamsul Arifin mengenai macam-macam santri ialah 3:

1.Santri sesunguhnya

2. Bau Santri

3. Santri Bau

            "Santri sesungguhnya adalah orang yang mengamalkan ajaran gurunya, diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang berunsur nilai-nilai keislaman."

            "Bau santri, adalah mereka yang tidak tinggal atau mengeyam pendidikan di pesantren, tapi secara kultural punya hubungan kuat dengan pesantren atau ulama. Mereka menyimak ajaran kyai dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh di tengah masyarakat. Bahkan mereka lebih santri dari pada santri yang pernah tinggal di pesantren."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun