Mohon tunggu...
Lukmanul Faqih
Lukmanul Faqih Mohon Tunggu... MAHASISWA -

Alumni PP. Al-MAshduqiah Patokan Kraksaan Probolinggo menempuh jenjang strata 1 jurusan akuntansi syariah di IAIN Jember

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intelektual dan Politik

4 Februari 2018   14:29 Diperbarui: 4 Februari 2018   15:24 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik sudah menjadi identitas suatu golongan maupun Negara, politik memiiki dampak besar terhadap kemajuan dan perkembangan suatu Negara, kelompok, organisasi, dan komunitas yang mengimplementasikan ilmu politik di dalamnya. 

Menelusuri sejarah munculnya politik, sebenarnya politk sudah muncul pada abad-abad sebelumnya. Politik kian menjadi kebutuhan untuk mendapatkan popularitas pribadi maupun suatu organisasi. 

Politik kian menjadi cara untuk mendapatkan kepercayaan dan memperebutkan kekuasaan suatu daerah.  Apalagi pada zaman sekarang, politik tidak hanya memiliki tendensi terhadap partai-partai politik saja di Indonesia, tidak hanya bagi politikus-politikus ternama. Namun politik kini sudah merambah di organisasi kecil, seperti halnya organisasi-organisasi kampus di Indonesia.

Berbicara mengenai politik, mereka yang sudah mahir dan paham betul ilmu politik tentunya memiliki kompetensi yang bagus pada dirinya. Bagaimana intelektual mereka?. Intelektual ialah orang yang memiliki kecerdasan dan berfikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. 

Jadi mereka akan disebut politikus baik jika mampu mengkombinasikan antara intelektual dan politik, dalam artian tidak akan melakukan nepotisme, korupsi, gratifikasi maupun hal lainnya yang merugikan Negara dan orang lain. 

Bagi kaum inteleltual, kesejahteraan orang lain menjadi prioritas utama untuk melakukan sesuatu. Permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia bahwa politik dapat mengalahkan intelektualitas yang ada pada diri mereka, dan pada akhirya muncullah kecurangan-kecurangan dalam PEMILU, PILKADA dan lain sebagainya.

Mengkombinasikan antara intelektual dan politik sangatlah tidak mudah, butuh mentalitas baja untuk mewujudkannya dan menjadi harapan rakyat di Indonesia. Di Indonesia saja masih sedikit orang-orang yang mampu mengkombinasikan antara politik dan intelektual hingga menjadi kesejahteraan bersama demi mewujudkan Indonesia yang makmur bebas penyelewengan kekuasaan. Mungkin ini bisa dikatakan sebagai tantangan kaum intelektual di tahun politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun