Mohon tunggu...
Lukman Bin Saleh
Lukman Bin Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Madrasah Aliyah NW Sambelia- Lombok Timur FB:www.facebook.com/lukmanhadi.binsaleh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aksi Konyol “Sapi Mandul”

6 Maret 2014   18:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:10 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_298812" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Sumber: radiosuryapasbar.com"][/caption]

Ini adalah tulisan setahun lalu yang tidak sempat saya dipublikasikan. Ketemu pagi ini ketika bongkar-bongkar file. Mumpung isunya menghangat kembali. Revisi dikit, jadi ini barang...

-----------------

Setahun yang Lalu

Selasa, 20 Maret 2013 beberapa anggota komisi IX DPR bergerak menjemput paksa Dahlan Iskan. Mereka rencananya akan mendatangi tempat-tempat yang mereka curigai sebelumnya. Aksi ini mereka lakukan setelah tiga  kali undangan mereka gagal mendatangkan Menteri BUMN tersebut. Membahas masalah tenaga outsourcing di perusahaan BUMN.

Sekilas aksi ini kedengaran heroik dan gagah berani. Tapi kalau ditelaah lebih teliti. Banyak kekonyolan yang ditunjjukkan anggota Komisi IX. Kita juga akan bertanya-tanya, apakah aksi mereka serius, main-main, sandiwara, atau memang mereka tolol.

Bayangkan saja. Mereka ramai-ramai mendatangi kediaman Dahlan Iskan. Menggunakan bus dengan maksud mencegat Dahlan Iskan. Padahal media massa dengan gamblang memberitakan bahwa Dahlan Iskan hari itu sedang berada di Sulawesi. Bahkan Dahlan Iskan sendiri melalui Twitter  nya mengabarkan bahwa dia sedang berada di Sulawesi.

Apa iya Komisi IX begitu lugunya sehingga harus mencari seorang menteri layaknya mencari seorang preman? Menyisir satu persatu tempat-tempat yang mereka curigai. Taruhlah mereka malas membaca berita. Kenapa tidak menanyakan langsung ke Kementerian BUMN. Di sana kan ada Humas. Jangankan agenda Dahlan Iskan hari itu, untuk sebulan berikutnya Humas pasti tahu.

Komisi IX juga merasa dilecehkan oleh Dahlan Iskan kerena tidak mau hadir. Padahal sesuai dengan keterangan Humas Kementerian BUMN. Dahlan Iskan tidak pernah melewatkan begitu saja semua  undangan DPR. Dia selalu meresponnya secara baik. Dengan cara mengirim perwakilan. Berhubung kesibukannya selaku Menteri BUMN. Seharusnya DPR membahas dulu masalah yang ada dengan  perwakilan yang di utus. Kalau merasa tidak puas wajar meminta Menteri BUMN yang datang langsung.

Sejak kapan undangan itu tidak boleh dihadiri oleh perwakilan. Betapa repotnya seorang pejabat kalau memang demikian. Saya yakin setiap hari seorang pejabat pasti menerima undangan. Bukan hanya satu bisa jadi puluhan. Kalau semua undangan ini dipenuhi, otomatis seorang pejabat pekerjaannya hanya menghadiri undangan setiap hari. Kapan kerjanya?

Seperti hari itu. Selain mendapat undangan dari Komisi IX, Dahlan Iskan juga mendapat undangan dari Menko Perekonomian. Membahas EMPN tempatnya di Sumatera. Selesai di Sulawesi dia harus terbang ke Sumatera. Kalau memenuhi undangan DPR otomatis undangan Menko Perekonomian lolos.

Sedangkan kita tau bagaimana bentuk rapat di DPR itu. Panjang lebar, berjam-jam bahkan sampai malam. Materi yang dibahaspun melebar ke mana-mana. Lihat saja saat Komisi VII Rapat Dengar Pendapat  dengan Dahlan Iskan. Membahas inefisiensi PLN.  Yang disinggung masalah pribadi Dahlan Iskan. Anak istrinya, mobilnya sampai air botolnya.

Setahun Kemudian

Selasa, 4 Maret 2014. Dahlan Iskan rapat kerja lagi dengan Komisi IX. Membahas tenaga outsouching di perusahaan BUMN. Komisi IX sama saja dengan Komisi VII. Pembicaraan anggotanya melebar kemana-mana. Cerita tenaga outsourcing yang bercerai, konten Youtube yang terhapus, sampai sepatu Dahlan Iskan dibahas. Jauh melenceng dari subtansi rapat. Waktunyapun tidak kalah spektakuler: 7 jam.

Kalau di Komisi VII panglima moncong putih yang membully Dahlan Iskan bernama Effendi Simbolon. Sekarang di Komisi IX ada dua srikandi moncong putih  yang sangat menonjol. Ribka Tjipinang dan Rieke Diah Pitaloka alias Oneng.

Srikandi-srikandi yang sangat vokal ketika berbicara masalah buruh. Tapi gagal membuat undang-undang, selama hampir 5 tahun masa kerja mereka di DPR. Komisi yang dipimpin srikandi banteng, Ribka Tjipinang ini mandul. Betul-betul mandul.

Seandainya mereka gerombolan moncong hitam. Dan ternyata mandul begini. Tidak ada alasan memelihara mereka lama-lama. Rugi. Pasti sudah disembelih pada lebaran haji tahun lalu. Tapi untunglah mereka hanya pasukan moncong putih. Rakyat masih berbelas kasihan menyuapinya gaji dan tunjangan-tunjangan. Walaupun terbukti mandul selama 5 tahun. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun