Mohon tunggu...
Lukman Bin Saleh
Lukman Bin Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Madrasah Aliyah NW Sambelia- Lombok Timur FB:www.facebook.com/lukmanhadi.binsaleh

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sepatu Dahlan untuk Komisi Gagal

5 Maret 2014   23:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_298700" align="aligncenter" width="300" caption="Sepatu DI 19 Sumber: blogspot.com"][/caption]

"Saya terganggu setiap anggota DPR bicara Pak Dahlan malah melihat sepatunya. Saya tidak tahu apakah itu meledek atau tidak. Apakah harus begitu sikap seorang menteri," kata anggota DPR Komisi IX, Rieke Diah Pitaloka alias Oneng dalam rapat kerja kemarin. Membahas permasalahan tenaga buruh outsourcing di perusahaan BUMN.

Kalau direnungkan. Memang kita tidak bisa mengatakan Oneng terlalu mengada-ada atau sekedar sensi karena datang bulan. Nampaknya Dahlan Iskan memang sengaja melakukan itu.

Coba diingat. Salah satu yang paling dibenci Dahlan Iskan adalah bicara panjang lebar dan muter-muter. Apalagi pembicaraan tidak menyentuh subtansi persoalan. Kalau yang bicara bawahannya, tentu sudah dipotong-potong dan dicacah-cacah tanpa ampun. Tapi karena yang bicara adalah anggota dewan yang terhormat. Tentu tidak bisa disemprit langsung.

Dahlan Iskan hanya menyindir. Melihat-lihat sepatunya. Agar anggota dewan yang sedang bicara ngalor-ngidul merasa. Bahwa omongannya terlalu panjang. Menyiksa dan sia-sia.

Sindiran Dahlan Iskan dapat kita rasakan lagi saat dia bicara. Cepat, jelas dan singkat. Seolah-olah mengajak DPR untuk bicara seperti itu. Tidak mengobral kalimat bersayap, tidak jelas dan politis. Sampai-sampai membicarakan konten Youtube yang terhapus.

Tidak sampai di sana. Seusai rapat. Dengan tergesa-gesa dia keluar dari gedung DPR. Sambil mengatakan ada rapat penting yang harus dia hadiri. Dan dia sudah terlambat.

Seolah-olah dia mengatakan. Rapat super panjang sampai 7 jam seperti ini tidak terlalu penting (tentu bukan subtansi rapatnya, tapi cara rapatnya). Hanya menghabiskan waktu. Yang seharusnya untuk hal-hal yang lebih produktif.

Dahlan Iskan tentu sangat mendambakan rapat dengan dialog seperti ini:

DPR  : Anda berjanji akan melaksanakan semua rekomendasi Panja outsourcing, kenapa belum dilaksanakan?

DI      : Nomor berapa yang belum saya laksanakan?

DPR  : (sebut langsung poinnya)

DI      : Sudah saya laksanakan. Sudah masuk alam surat edaran yang saya berikan ke semua Dirut BUMN.

DPR  : Nyatanya sampai sekarang belum dilaksanakan?

DI      : Sedang dilaksanakan. Tapi ada prosedurnya, ada tahapannya. Kalau merasa terjadi pelanggaran. Silahkan DPR bersama Menakertrans panggil Dirut BUMN bersangkutan. Saya tidak mungkin terlalu mengintervensi.

DPR  : Baik kalau begitu. Kami akan buat jadwalnya. Akan kami panggil mereka.

DI      : OK. Terimakasih. Saya pamit soalnya ada rapat penting yang harus saya hadiri (Kemudian Dahlan Iskan membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruangan rapat).

Tapi suasana rapat seperti ini hanyalah mimpi. Hampir mustahil dilakukan dengan anggota DPR RI.  Yang konon merupakan parlemen dengan rata-rata durasi bicara terlama di dunia.

Banyak sebenarnya cara yang sudah dilakukan Dahlan Iskan agar anggota DPR merubah kebiasaannya.

Selain menyindir. Dahlan Iskan juga pernah menyanjung anggota DPR yang bisa bicara singkat dan jelas.

Misalnya saat rapat dengan Komisi XI pada bulan September 2013 lalu. Dahlan Iskan menyatakan terkesan, mereka seperti parlemen Inggris. Sangat efektif dan fokus pada subtansi pembahasan. Pertanyaan tidak panjang-panjang. Dari 11 anggota yang bicara rata-rata waktunya hanya 3 menit.

Tapi rupanya sindiran-sindiran dan pujian Dahlan Iskan belum mampu menyadarkan para anggota komisi IX. Oneng hanya mampu menyimpulkan lirikan ke sepatu adalah perbuatan tidak sopan. Dia tidak bisa memaknai lebih jauh lagi.

Komisi gagal pimpinan Ribka Tjipinang dari Fraksi PDI-P tetap asik mengobral kata. Komisi gagal karena tidak mampu menelurkan sebijipun undang-undang selama hampir 5 tahun masa kerjanya itu tetap asik cuap-cuap selama 7 jam non stop.

Bagi mereka mungkin bicara adalah satu pekerjaan. Tugas negara. Tapi bagi Dahlan Iskan, jangankan sekedar bicara. Membuat laporan saja tidak diakuinya sebagai pekerjaan.

Lebih jauh lagi. Mungkin bagi Dahlan Iskan, bicara panjang lebar tanpa arah yang jelas adalah korupsi waktu. Dan Dahlan Iskan kesal diajak korupsi terus menerus. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun