Mohon tunggu...
Lukman Bin Saleh
Lukman Bin Saleh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru Madrasah Aliyah NW Sambelia- Lombok Timur FB:www.facebook.com/lukmanhadi.binsaleh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Daun Hijau Dahlan Iskan di Pelosok Negeri

16 April 2014   01:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_303424" align="alignleft" width="300" caption="Rumput Gajah jpnn.com"][/caption]

Setelah menjalani operasi ganti hati pada tahun 2007. Dahlan Iskan berjanji  pada dirinya sendiri. Setelah sembuh, dia tidak akan bekerja untuk mencari uang kembali. Ratusan perusahaan keluarga akan dia lepaskan pengelolaannya.

Hanya tiga hal yang ingin dia lakukan. Menulis buku-buku, menjadi guru jurnalistik, dan mengelola pondok pesantren.

Rencana Dahlan Iskan itu tidak berjalan mulus. Pada tahun 2009 presiden SBY memintanya menjadi Dirut PLN. Setelah berhasil mengatasi krisis listrik dan jutaan daftar tunggu, pada tahun 2011 Dahlan Iskan diminta lagi menjadi Menteri BUMN.

Tapi Janjinya untuk tidak bekerja mencari uang tetap dia tepati. Selama menjadi Dirut PLN dan  Menteri BUMN. Tidak pernah dia mengambil gaji dan semua fasilitas yang disediakan, termasuk rumah dinas, mobil dinas, dan berbagai macam tunjangan. Semua gajinya diserahkan kepada madrasah, yayasan sosial, dan pengembangan mobil listrik.

Sekarang Dahlan Iskan mengikuti konvensi Partai Demokrat. Ketika memaparkan visi-misinya, Dahlan Iskan mengatakan, kelak jika terpilih menjadi presiden. Dia akan membuat PLN baru. Di luar PLN yang ada sekarang. PLN Baru yang khusus membangun pembangkit listrik untuk masyarakat pelosok, di pedalaman, atau pulau-pulau terpencil. Karena PLN yang sekarang sudah terlalu besar. Tidak mungkin bisa diharapkan optimal menangani listrik masyarakat senusantara.

PLN Baru itu tidak akan menggunakan batu bara, gas, apalagi BBM. Juga tidak akan menggunakan sinar matahari seperti yang Dahlan Iskan bangun untuk ratusan pulau kecil selama ini. Tapi PLN Baru yang sumber energinya semata-mata dari tumbuh-tumbuhan.

Dahlan Iskan ingin menerangi masyarakat pelosok yang terabaikan dan miskin itu sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka. Masyarakat diminta menanam tumbuh-tumbuhan tertentu yang cepat pertumbuhannya. PLN  kemudian membelinya untuk dijadikan bahan bakar pembangkit listrik biomassa.

Sekarang Pileg telah usai. Dari hitung cepat nampak perolehan suara Demokrat tidak begitu bagus. Nasib Capres konvensi di ujung tanduk. Membuat para wartawan tergelitik untuk mengetahui rencana Dahlan Iskan seandainya tidak bisa maju sebagai Capres atau Cawapres.

Biarpun tidak masuk di jajaran pemerintahan lagi. Dahlan Iskan mengatakan tekadnya tidak berubah.  Dirinya siap mengabdikan diri untuk membangun pembangkit di daerah-daerah pelosok yang selama ini “gelap gulita” tidak teraliri listrik. Mengerahkan tenaga dan fikiran membantu daerah-daerah itu, yang selama ini tidak bisa dibiayai negara. Meski tanpa PLN Baru.

Dahlan Iskan mengatakan, itu adalah bentuk pengabdiannya terhadap rakyat. Bukan untuk bisnis. Karena sejak tahun 2007, dia sudah berikrar tidak akan bekerja untuk mencari uang kembali.

Maka kelak setelah Kabinet Indonesia Bersatu jilid II berakhir. Dah Dahlan Iskan tidak maju sebagai Capres atau Cawapres. Kita akan kembali diajak keliling sampai penghujung negeri. Seperti saat dia menjabat sebagai Dirut PLN.

Dia akan bercerita tentang daerah-daerah terpencil itu. Bercerita tentang kegelapan, kemiskinan dan keterbelakangan mereka. Sekaligus harapan dan hari-hari baru mereka. Mulai ada cahaya dan rupiah yang dihasilkan dari daun rimbun di kebun-kebun yang menghijau. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun