"Lalu apa yang bisa saya bantu?" tanya Syarif, Datuk Zulrahman menatapnya sambil tersenyum.
"Saya ingin kamu pergi ke Desa Pedalaman dan temui Datuk Bahar, Kepala Desa di sana."
Syarif menganggukkan kepalanya, dia memahami maksud Datuk Zulrahman.
"Baiklah Datuk, besok pagi saya akan berangkat ke Desa Pedalaman bersama Ali!" ujar Syarif.
"Saya tahu kamu bisa diandalkan." Jawab Datuk Zulrahman seraya meminta Syarif dan Ali meminum teh hangat yang ada dihadapan mereka.
Setelah mengobrol panjang lebar, kedua pemuda itu berpamitan pulang. Datuk Zulrahman ikut mengantarkan mereka ke depan pintu. Sesampainya di rumah, Syarif segera menyiapkan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk bepergian besok. Keesokan harinya, mereka berdua segera pergi ke dermaga Desa Pasembahan, mereka akan menaiki sebuah kapal.
Setibanya di Desa Pedalaman mereka turun dari kapal, ada banyak orang yang menyambut kedatangan mereka.
"Selamat datang di desa kami, silahkan masuk," Datuk Bahar mempersilahkan kedua pemuda utusan dari Datuk Zulrahman masuk ke rumahnya, mereka duduk di kursi. Datuk Bahar langsung saja membuka topik pembicaraan.
"Bagaimana, apa Datuk Zulrahman sudah bersedia menjalin kerjasama yang saya tawarkan?" tanya Datuk Bahar.
"Maafkan saya, sepertinya kami tidak membutuhkan tawaran tersebut," jawab Syarif seraya menolak tawaran yang diberikan secara halus.
"Terima saja, hubungan kerjasama ini sangat bagus untuk kesejahteraan kedua desa," pinta Datuk Bahar sambil mengiming-imingi keuntungan yang bagus.