Mohon tunggu...
LUKMAN NURKASIH
LUKMAN NURKASIH Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Universitas Pendidikan Indonesia

Lukman Nurkasih seseorang Mahasiswa Film dan Televisi S1 yang berasal dari Universitas Pendidikan Indonesia yang mempunyai ketertarikan tinggi dengan seni dan kebudayaan, senang berpetualang ke tempat-tempat yang belum pernah ia datangi hanya untuk bersenang senang dan mencari inspirasi dalam seninya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengungkap Asal Usul Bahasa "Rizz" pada Penggunaan Sosial Media

8 Mei 2023   13:01 Diperbarui: 8 Mei 2023   15:07 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah "rizz" telah mendapatkan popularitas dalam beberapa tahun terakhir, terutama di platform media sosial seperti TikTok. Diciptakan oleh YouTuber Kai Cenat sekitar pertengahan tahun 2021, istilah ini telah digunakan untuk menggambarkan kemampuan seseorang dalam memikat atau merayu calon pasangan romantisnya, terutama melalui komunikasi verbal. Meskipun asal-usulnya tidak jelas, beberapa orang berspekulasi bahwa "rizz" adalah versi singkat dari kata "karisma". Namun, ada juga yang berpendapat bahwa kata ini mungkin memiliki variasi regional dalam penggunaan dan artinya.

Variasi regional dalam penggunaan dan makna "rizz" telah diamati. Di New York City, di mana istilah ini diyakini berasal, "rizz" telah digunakan untuk menggambarkan gaya dan sikap seseorang secara keseluruhan, termasuk selera mode dan keterampilan sosial mereka. Di wilayah lain, seperti Inggris, istilah ini telah digunakan untuk merujuk pada kepercayaan diri dan kemampuan seseorang untuk membuat orang lain terkesan. Variasi regional ini menyoroti keluwesan dan evolusi bahasa dan bahasa gaul.

Dalam penggunaan modern, "rizz" telah menjadi istilah gaul yang populer, terutama di kalangan generasi muda, untuk menggambarkan kemampuan seseorang untuk menarik minat romantis. Sementara beberapa orang memandang istilah ini tidak berbahaya dan menyenangkan, yang lain telah menyuarakan keprihatinan tentang potensi dampaknya terhadap budaya kencan dan objektifikasi individu. Terlepas dari pendapat seseorang tentang istilah tersebut, jelas bahwa "rizz" telah menjadi bagian dari bahasa gaul dan bahasa modern, yang mencerminkan sifat bahasa yang terus berubah dan kemampuannya untuk berevolusi dan beradaptasi dengan konteks budaya baru.

Referensi budaya untuk "rizz"

Istilah "rizz" telah menjadi referensi budaya yang populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam musik dan budaya pop. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan kemampuan seseorang untuk memikat atau merayu orang yang disukai, terutama melalui komunikasi verbal. Kata ini telah direferensikan dalam berbagai lagu, seperti "Rizzla" oleh Nines dan "Rizz Flow" oleh Lil Tecca, dan lain-lain. Penggunaan "rizz" dalam budaya populer telah berkontribusi pada adopsi yang luas dalam bahasa sehari-hari di perkotaan.

Pentingnya "rizz" dalam bahasa sehari-hari di perkotaan tidak hanya terbatas pada penggunaannya dalam budaya pop. Istilah ini telah menjadi singkatan dari kemampuan seseorang untuk menarik minat romantis, yang sering disebut sebagai "permainan" seseorang [10]. Istilah ini biasanya digunakan dalam lingkungan sosial, terutama saat membahas tentang kencan atau hubungan romantis. Istilah ini juga telah dikaitkan dengan penampilan fisik, dengan beberapa orang menyebut "rizz yang tak terucapkan" sebagai kemampuan untuk menarik seseorang murni berdasarkan penampilan seseorang.

Implikasi sosial dan kontroversi seputar istilah "rizz"

Istilah "rizz" telah menjadi istilah gaul yang populer di kalangan anggota Gen Z, terutama dalam konteks romantis atau seksual. "Rizz" berasal dari kata "karisma" dan digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki tingkat pesona atau daya tarik tertentu. Istilah ini memiliki konotasi dan interpretasi yang berbeda, dengan beberapa orang menggunakannya untuk menggambarkan kemenangan atau kekalahan dalam suatu situasi. Namun, istilah ini juga telah menjadi sasaran kritik dan kontroversi karena potensi dampak negatifnya terhadap isu-isu dan gerakan sosial.

Beberapa kritikus berpendapat bahwa penggunaan "rizz" melanggengkan stereotip gender yang berbahaya dan memperkuat maskulinitas yang beracun. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan laki-laki heteroseksual yang dianggap memiliki tingkat pesona atau daya tarik tertentu, yang dapat berkontribusi pada objektifikasi perempuan dan normalisasi perilaku predator. Selain itu, penggunaan istilah ini telah dikritik karena mempromosikan pandangan yang sempit dan tidak realistis tentang daya tarik dan keinginan, yang dapat menyebabkan perasaan tidak mampu dan tidak aman pada individu.

Dampak dari "rizz" terhadap isu-isu dan gerakan sosial juga menjadi perhatian. Istilah ini telah dikritik karena potensinya untuk berkontribusi pada budaya pemerkosaan dan pelecehan seksual, karena dapat digunakan untuk membenarkan atau memaafkan perilaku yang tidak pantas. Selain itu, penggunaan istilah ini dapat berdampak negatif pada komunitas yang terpinggirkan, karena memperkuat stereotip yang berbahaya dan dapat menyebabkan diskriminasi dan pengucilan. Oleh karena itu, penting untuk secara kritis memeriksa penggunaan istilah gaul seperti "rizz" dan implikasi potensial yang mungkin ditimbulkannya terhadap masalah dan gerakan sosial yang lebih luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun