"Mau kau di rumah aja gak jual es tebu? Apa yang mau dimakan? Daripada anaknya mulung dan nangis, lebih baik jual es tebu," lanjutnya saat kami berteduh dari hujan di bawah pohon.Â
Ibu Akmala penjual es tebu ini juga mengatakan bahwa ia menolak akan rencana tersebut.
"Makan apa?," tanya ibu Akmala di tengah perbincangan kami.Â
"Makan apa kalau gak jual es tebu? Kalau jualan es tebu, aku dapat uang 100-150 ribu per hari. Kalau gak jualan sebulan, mati aku gak makan," lanjutnya sembari mengeluhkan baju kami yang hampir basah.Â
Lain hal dengan Pak Andi penjual rujak buah di pinggir jalan. Ia mengatakan akan menerima usulan tersebut jika itu peraturan dari pemerintah dengan syarat semua biaya hidupnya ditanggung oleh pemerintah.Â
"Tapi gak mungkin (lockdown). Siapa yang menjamin ekonomi masyarakat? Negara luar itu negara maju (makanya bisa Lockdown)," ungkapnya ketika kami berbincang.Â
Saya pikir para pedagang lainnya juga berpikiran sama dengan kedua ibu dan bapak tersebut. Mereka mengkhawatirkan akan penghasilan untuk biaya hidupnya dan keluarganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H