Amrozi, pelaku bom Bali 1 yang menewaskan 202 orang pada November 2002 lalu masih meninggalkan luka yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.Â
Keluarganya, terutama anak Amrozi juga mendapatkan stigma buruk atas perlakuan ayahnya. Beginilah hukum masyarakat Indonesia.Â
Pada Agustus 2003 lalu, Amrozi divonis bersalah dan diputuskan mendapatkan hukuman mati. Ia dan 2 temannya dihukum mati pada November 2008 lalu.Â
Kisah pilu bom Bali dan hukuman mati Amrozi telah menjadi sejarah panjang kasus terorisme di negeri ini. Ia menjadi bom waktu yang setiap saat akan diingat-ingat masyarakat Indonesia. Â
Anak Amrozi, Zulia Mahendra mengalami dampak buruk atas perlakuan ayahnya. Ia sulit mendapatkan kerja, dikucilkan masyarakat, dan depresi yang menimpa dirinya.Â
Ketika ayahnya melakukan aksi pemboman tersebut, ia baru berusia 16 tahun dan hingga hari ini ia masih dianggap "sampah" oleh masyarakat sekelilingnya.Â
Atas hal yang ia alami tersebut, ia tidak ingin kejadian pada dirinya terulang kepada anaknya yang masih kecil.Â
"Jangan sampai anak saya bernasib sama seperti saya. Dari apa yang saya jalani, itu sungguh sangat sangat berat. Orang-orang di seputar saya mengucilkan dan saya gak mau nantinya anak saya bernasib sama seperti saya. Saya berusaha mengembalikan agar bisa diterima lagi," ucap anak Amrozi yang dipanggil Hendra kepada Gabril anak korban bom Bali 1. (Kompas.com).Â
Sementara anak korban bom Bali 1 yang bercerita kepada Hendra juga kasihan terhadap anak Amrozi (Hendra) tersebut.Â
Saya mencoba menarik kejadian tersebut atas langkah pemerintah yang akan memulangkan anak-anak yatim piatu eks ISIS dari Suriah ke Indonesia.Â
Keputusan pemulangan tersebut telah resmi diumumkan Mahfud MD (24/02/20) selaku Menkopolhukam Kabinet Indonesia Maju.Â